SOLOPOS.COM - Warga mencari rumput di sedimentasi Kali Anyar yang membentuk pulau, wilayah Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Senin (14/7/2014). Menurut Ketua Ngrekso Lepen Mangku Keprabon, Eko Setyo Winarto, sedimentasi di sungai Kota Solo itu menjadi ancaman wilayah sekitar karena berpotensi memicu banjir. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Lima sungai besar di wilayah Solo mengalami pendangkalan akibat sedimentasi atau proses pengendapan material yang terbilang parah. Jika tidak segera ditangani, sedimentasi tersebut dapat memicu terjadinya banjir.

Ketua organisasi Ngrekso Lepen Mangku Keprabon (NLMK), Eko Setyo Winarto, mengatakan sedimentasi paling parah terjadi di Kali Anyar, Kelurahan Tirtonadi, Kecamatan Banjarsari. Bahan material seperti lumpur, tanah, pasir, dan bebatuan mengendap di dasar bahkan nyaris sampai di permukaan aliran air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Terdapat lima anak Sungai Bengawan di Solo, yakni Kali Pepe, Kali Gajah Putih, Kali Wingko, Kali Anyar, dan Kali Premulung. Semua sungai mengalami sedimentasi. Tetapi yang paling parah dan tidak terawat adalah Kali Anyar di utara Terminal Tirtonadi itu,” kata Winarto saat dijumpai Solopos.com di sela-sela acara buka bersama NLMK dengan warga di Bantaran Kali Pepe, Minggu (13/7/2014).

Winarto mengatakan jika sedimentasi dibiarkan bisa memicu terjadinya musibah. Permukaan aliran air, ujar dia, bakal semakin tinggi dan bisa meluap ke permukiman warga di sekitar sungai. Pengerukan sedimen secara berkala menjadi solusi mengatasi ancaman banjir dari sedimentasi sungai tersebut.

“Volume airnya mungkin saja sama. Namun bisa semakin tinggi [permukaan aliran air] lantaran ruang di dasar sungai sudah dipenuhi endapan material lumpur dan tanah. Seperti di Kali Anyar sedementasi sudah membetuk pulau-pulau itu. Apabila hujan dan volume air bertambah, kapan saja bisa terjadi banjir,” ujar Winarto.

Winarto menambahkan Pemerintah Kota (pemkot) Solo harus segera turun tangan mengeruk material di aliran sungai. Pengerukan material menjadi cara paling cepat dan efektif guna mengurangi endapan material serta mencegah banjir.

“Warga tidak bisa membersihkan endapan lumpur secara mandiri. Butuh bantuan alat berat dari pemerintah. Kalau pemerintah tidak sempat mengeruk, kami saja yang dilatih untuk mengopersikan alat berat tersebut. Kami siap menjaga sungai,” imbuh Winarto.

Pengerukan sedimen sungai, lanjur Winarto, idealnya dilakukan sekali dalam setiap tahun. Pemerintah harus melakukan pengerukan secara berkala di sejumlah titik aliran sungai yang dinilai rawan karena dekat dengan permukiman warga.

“Pemerintah bisa mulai mengeruk material di Kali Pepe karena banyak warga yang tinggal di sekitar sungai. Setelah itu pengerukan bisa dilanjutkan ke sungai-sungai lain. Kondisi sungai yang baik bakal mengundang masyarakat atau wisatawan datang ke Solo. Malah bisa jadi wahana wisata,” imbuh dia.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala Bidang Drainase Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Arif Nur Hadi, mengatakan pengerukan sedimen paling ideal dilakukan secara berkala menyesuaikan dengan kondisi sungai. “Tidak perlu ditetapkan jadwal pengerukan. Apabila sudah tinggi [sedimen] sebaiknya langsung dikeruk. Namun pengerukan juga mempertimbangkan waktu dan dana karena prosesnya cukup lama dan membutuhkan biaya besar,” kata Arif kepada Solopos.com, Senin (14/7/2014).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya