SOLOPOS.COM - Pj Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi, bercengkrama dengan Gibran, siswa SD di Salatiga yang tidak masuk sekolah karena tidak memiliki seragam, Kamis (18/8/2022). (Solopos.com-Humas Pemkot Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA – Seorang siswa sekolah dasar (SD) di Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), enggan masuk sekolah sepekan terakhir. Penyebabnya, siswa yang diketahui bernama Gibran itu malu untuk bersekolah karena tidak memiliki seragam.

Permasalahan yang menimpa siswa SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga ini pun mengundang perhatian Pj. Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi. Sinoeng yang memperoleh laporan tentang adannya siswa SD di wilayahnya yang tidak sekolah karena tidak memiliki seragam itu pun langsung memberikan respons.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

“Hari ini saya menindaklanjuti laporan yang masuk ke kanal Matur Mas Wali, terkait ada anak yang kemarin disampaikan orang tua, namanya Ibu Fitri, belum dapat seragam. Kemudian ada kendala psikologis, mungkin ada komentar dari sesama orang tua murid, karena tidak memakai seragam sekolah. Anaknya kemudian tidak masuk sekolah,” ujar Sinoeng di SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga, Kamis (18/8/2022).

Informasi yang diperoleh Soloposcom, Ibu Fitri merupakan buruh cuci yang pendapatannya sepekan Rp200.000. Sementara suaminya sedang tidak bekerja karena menunggu orang tua yang sakit di Kendal.

Mendapat laporan itu, Sinoeng pun langsung berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga dan Kepala Sekolah SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga. Dari komunikasi itu, Sinoeng mengaku bahwa dari sekolah tidak memungut iuran sepeser pun kepada siswa untuk membeli seragam.

Baca juga: HUT RI, SD Muhammadiyah Plus Salatiga Kibarkan 360 Bendera Merah Putih

Meski demikian, dari pihak orang tua atau wali murid secara kolektif menghimpun dana untuk membeli seragam. “Ini soal komunikasi, memang tidak ada pungutan. Setelah kita cek dan konfirmasi ke Ibu Fitri memang tidak ada pungutan. Akan tetapi orang tua memang menghimpun dan sepakat secara kolektif untuk membeli seragam,” jelasnya.

Saat pengambilan seragam, lanjut Sinoeng, orang tua Gibran memang tidak datang. Kemudian, dari pihak orang tua mendatangi rumah Ibu Fitri, akan tetapi tidak ada orang.

“Sehingga mungkin tidak tersampaikan bahwa ada seragam yang bisa diambil. Ini soal komunikasi dan sudah selesai. Alhamdulillah anaknya, yang bernama Gibran sudah sekolah lagi,” ujar Sinoeng.

Baca juga: Belasan Sekolah di DIY Berbisnis Seragam dengan Siswa, Begini Modusnya

Menurut Sinoeng, membangun komunikasi ini sangatlah penting antarorang tua murid, guru, maupun anak-anak yang sekolah. “Komunikasi ini penting antara orang tua dengan murid, atau paguyuban dari orang tua murid. Jangan sampai yang belum mengambil seragam aja dilokke [jangan diledek]. Dikomunikasikan, karena kondisi ekonomi masing-masing keluarga berbeda. Saya kira ini empati yang harus dibangun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya