SOLOPOS.COM - Ilustrasi santri meninggal dunia karena dianiaya senior. (Dok Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — D, 14, santri asal Kabupaten Ngawi yang meninggal dunia diduga akibat dianiaya oleh senior di Ponpes Takmirul Islam Masaran, Sragen, Sabtu (19/11/2022) malam, ternyata anak tunggal.

Paman korban, Nurhuda, mengatakan kedua orang tua sempat datang ke Ponpes Takmirul Islam Masaran, Sragen, untuk menjenguk anak semata wayangnya itu pada Jumat (18/11/2022). Saat itu, kondisi D dalam keadaan baik-baik saja. “[D] masih sehat dan baik-baik saja [saat dijenguk orang tuanya pada Jumat],” tambahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Siapa sangka, pertemuan antara orang tua dan anak itu menjadi yang terakhir bagi mereka. Tepat sehari setelah pertemuan itu, D ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Sabtu (19/11/2022) malam pukul 23.00 WIB. Diduga ia menjadi korban penganiayaan oleh seniornya yang berusia dua tahun lebih tua.

Baca Juga: Diduga Dianiaya Senior, Santri Ponpes di Sragen Meninggal Dunia

Ekspedisi Mudik 2024

Nurhuda menjelaskan hingga kini ibu korban masih shock. Ia masih terus menangis meratapi kepergian anak semata wayangnya dengan cara yang tragis. Ia berharap kasus ini bisa diusut secara tuntas dan seadil-adilnya.

“Biar ada efek jera, kalau Ponpes dengan masih dengan model seperti ini, sudah banyak kejadian juga. Tidak sepantasnya santri meninggal dunia karena dipukul,” terang Nurhuda.

Nurhuda menjelaskan pada Minggu (20/11/2022) sekitar pukul 04.30 WIB, pihak Ponpes yang diwakili oleh salah satu ustaz, mendatangi rumah korban di Ngawi dan memberitahukan bahwa D telah meninggal dunia. Saat itu pihak ponpes mengatakan korban meninggal dunia setelah dipukul oleh senior yang berusia 16 tahun.

Baca Juga: Ini Permintaan Keluarga Santri yang Meninggal karena Dianiaya Senior di Sragen

“Padahal korban diduga meninggal dunia pada hari sebelumnya, Sabtu (19/11/2022) sekitar pukul 23.00 WIB. Awal mula kejadian penganiayaan, pada Sabtu malam pukul 21.45 WIB, santri dikumpulkan di aula. Karena D tidak mengerjakan piket, maka D diberikan sanksi untuk bersih-bersih selama sepekan,” terang Nurhuda saat dihubungi Solopos.com melalui telepon pada Selasa (22/11/2022) malam.

Berdasarkan keterangan ustaz itu, D diminta dihukum secepatnya karena tidak mengerjakan piket. Dia kemudian disuruh untuk push up, namun D menolak. Setelah itu, D langsung ditendang beberapa kali di bagian dada. “Korban kemudian sudah terkapar, mau ditolong tapi enggak boleh dari senior,” tambahnya.

Baca Juga: Santri di Sragen Meninggal Setelah Dianiaya Senior, Kemenag Lakukan Ini

Nurhuda menambahkan setelah orang tua korban mengetahui tentang kejadian tersebut dari ustaz yang datang ke rumah, mereka buru-buru datang ke Ponpes. Setelah itu mereka datang untuk memberi keterangan ke Polsek Masaran, kemudian berlanjut di RS Moewardi.

“Laporan telah ditandatangani waktu di RS Moewardi, kemudian waktu saya cek bersama polisi waktu autopsi, memang di dada korban terlihat merah-merah,” tambah Nurhuda. Ia mengatakan pihak Ponpes sudah meminta maaf, namun keluarga pelaku belum ada iktikad baik. Padahal pihak Ponpes sudah memberikan nomor telepon keluarga korban ke pihak pelaku, namun hingga saat ini belum dihubungi.

Pihak Ponpes sendiri sempat memberitahukan bahwa pukulan yang dilayangkan tidak cukup keras, namun ia meragukan keterangan itu. “Kalau enggak keras ya enggak mungkin [korban] meninggal,” ujarnya.

Kasi Humas Polres Sragen, Iptu Ari Pujiantoro, mewakili Kapolres AKBP Piter Yanottama membenarkan adanya laporan tersebut, terkait dugaan tersebut saat ini tengah ditangani oleh Satreskrim Polres Sragen. “Sudah dalam penanganan Satreskrim,” terang Ari saat dihubungi Solopos.com, pada Selasa (22/11/2022).

Baca Juga: Anak Ungkap Keinginan Ki Joko Bodo Semasa Hidup

Lebih lanjut Ari menjelaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan dari senior ke juniornya yang indisiplioner, namun caranya kurang pas. Sementara itu, saat dikonfirmasi oleh Solopos.com, Kapolsek Masaran, AKP Joko Widodo mengatakan penanganan kasus tersebut langsung ke Polres. Namun ia membenarkan ada dugaan penganiayaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya