Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Sedih, Ini Kronologi 4 Warga Musuk Boyolali Hanyut di Pantai Glagah

Sedih, Ini Kronologi 4 Warga Musuk Boyolali Hanyut di Pantai Glagah
author
Rohmah Ermawati Kamis, 6 Januari 2022 - 16:31 WIB
share
SOLOPOS.COM - Suasana rumah duka korban tenggelam Pantai Glagah di Dukuh Jlobrong, Pusporenggo, Musuk, Boyolali, Kamis (6/1/2022). (Solopos-Ni`matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Empat orang asal Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hanyut di muara Sungai Serang, Pantai Glagah, Kulonprogo, DIY, pada Rabu (5/1/2022) sekitar pukul 17.30 WIB. Dua orang selamat sedangkan dua korban lainnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Identitas keempat korban hanyut itu yakni Radinka Putri, 9; Ismadi, 47; Fatih Deandra Auliaska, 16; dan Zulfa Ulil Absa, 16, semuanya warga RT 006/RW 001, Pusporenggo, Musuk, Boyolali, dan masih satu hubungan keluarga. Ismadi dan Zulfa selamat sedangkan Aska dan Radinka meninggal dunia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kakak tertua Ismadi, yang juga ikut ke dalam rombongan ke Pantai Glagah, Sunarjo, menceritakan detail kronologi tragedi yang menyebabkan dua anak Ismadi meninggal dunia. Menurutnya, acara di hari tersebut tidak sepenuhnya berniat untuk liburan. Acara utama adalah untuk membantu pindahan anaknya.

“Hari itu enggak sepenuhnya piknik, bisa dibilang piknik dadakan. Acara utamanya itu pindahan anak saya, pindah kontrakan di daerah Wates [Kulonprogo], kemudian akan dibantu anak-anak dari adik saya, termasuk korban. Terus bapak-bapaknya tahu, kemudian pada ingin ikut,” ungkap Sunarjo, Kamis (6/1/2022), di rumah duka di Musuk Boyolali.

Baca juga: Pemancing Temukan Jenazah Radinka Putri, Korban Tenggelam Pantai Glagah

Ia menuturkan di hari itu ada 15 orang yang ikut pergi ke daerah Wates, Kulonprogo. Sunarjo mengatakan rombongan berangkat dari Boyolali pukul 08.30 WIB kemudian sampai di kontrakan anaknya pukul 11.00 siang.

“Yang ikut ada 15 orang, terus ya kira-kira 2 mobil cukup terus ada juga yang naik motor. Berangkat dari Boyolali jam setengah 9 kemudian sampe di kontrakan anak saya itu jam 11. Langsung bantu-bantu pindahan sampai jam 1 siang,” tutur Sunarjo. Setelah membantu pindahan, rombongan beristirahat sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar ke berbagai tempat di Yogyakarta.

“Setelah istirahat, itu sebelum Asar ke bandara, karena ada yang usul ke bandara. Akhirnya ke bandara, hanya keliling 3 kali tapi pelan-pelan. Kemudian mikir habis itu lanjut ke mana, ada yang bilang kalau Glagah bagus. Ya sudah ke Glagah. Sampai di sana agak sore, foto-foto sebentar langsung ke pantainya,” terangnya.

Baca juga: Jenazah Radinka Korban Tenggelam Pantai Glagah akan Dimakamkan Hari Ini

Rombongan kemudian menuju ke area pemecah ombak dan berfoto-foto. Kemudian, menurut Sunarjo, ada tiga orang yang menyeberang ke area pasir gundukan di kawasan Pantai Glagah.

“Di pantainya itu, yang dituju pertama adalah pemecah ombak. Kemudian foto-foto selesai terus balik. Pas balik itu kan ada turunan yang turun itu, kemudian ada pasir gundukan itu. Kalau nyebrang [menyeberang] sebenarnya bagus tapi bahaya. Terus abis itu nyebrang, setahu saya ada tiga orang yang nyebrang,” ungkap Sunarjo.

Tenggelan di Gundukan Pasir

Setelah tiga orang tersebut menyeberang, terus terlihat akan tenggelam di gundukan pasir itu. Ismadi berniat menolong korban tapi dirinya juga tenggelam.

“Terus kelihatan mau tenggelam, kemudian bapaknya [Ismadi] mau nolongin tapi nggak selamat. Bapaknya sempat megang yang kecil [Radinka Putri] tapi terus terlepas. Eh malah bapaknya tenggelam juga,” ungkap Sunarjo.

Baca juga: Tim SAR Gunakan Drone Bawah Air Cari 1 Korban Tenggelam Pantai Glagah

“Bapaknya itu bisa berenang, sama ponakan [Zulfa] yang umur 16 tahun juga bisa berenang, mereka selamat. Yang nggak bisa berenang anak nomor 1, Aska, dan yang perempuan yang bontot [Radinka] berumur 9 tahun,” katanya.

Sunarjo mengatakan, saat menyeberang menuju lokasi gundukan pasir, air masih surut. Namun, ketika akan kembali, air sudah pasang. “Waktu ke sana air masih surut, pas mau balik air sudah pasang. Jadi waktu nyebrang itu bisa dilewati dengan jalan kaki. Jadi waktu menyeberang itu jalan,” kata Sunarjo.

Lebih lanjut, Sunarjo menuturkan di lokasi kejadian terdapat petugas penyelemat yang siaga. Menurutnya, itulah mengapa korban Aska cepat ditemukan.

“Saat kejadian ada petugas penyelamat yang standby, makanya Aska ditemukan. Yang kecil mungkin sudah terlalu jauh karena terseret ombak,” jelas Sunarjo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN