SOLOPOS.COM - Susi Pudjiastuti saat masih beraktivitas sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)

Solopos.com, JAKARTA -- Pengusaha yang juga Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, curhat betapa beratnya dampak pandemi Covid-19 terhadap kelangsungan usahanya. Pemilik Susi Air itu mengaku selama dua bulan, usahanya di bidang penerbangan tersebut tidak dapat pemasukan.

Susi Pudjiastuti menyebut dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 menjadi pengalaman terberat di dalam perjalanan bisnisnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Susi Air sudah dua bulan nol penerbangan, tidak ada pemasukan sama sekali. Saat ini adalah situasi ekonomi tersulit dalam hidup saya sebagai pengusaha,” kata Susi saat memberi keterangan pers secara daring di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, pada Jumat (12/6/2020).

Gara-Gara Motif dan Kualitasnya, Sprei Lokal Ini Sering Dikira Impor

Dia menerangkan sejumlah strategi yang diambil oleh pengusaha, termasuk dirinya, tidak akan membuat situasi membaik di tengah pandemi Covid-19.

“Tetapi kita bertahan dengan menutup banyak cabang, merumahkan banyak karyawan. Jika [situasi ekonomi] tidak kembali [baik], ya kita harus dalam UU kepailitan, harus menyatakat pailit atau tutup,” ujar dia.

Pilihan pailit pun akan berat sebab menjual aset di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini tidak mudah. “Sangat tidak pasti,” imbuh dia.

20 Hari Pulkam, Mbok Yem Balik ke Warung di Puncak Gunung Lawu

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Keuangan Negara

Seperti Susi Pudjiastuti yang merasakan dampak berat pandemi Covid-19, pemerintah pun mendapat tantangan yang sama. Pemerintah untuk kali ketiga mengubah outlook defisit APBN tahun 2020 dari 6,27 persen menjadi 6,34 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Pelebaran defisit fiskal ini merupakan implikasi dari outlook shortfall pendapatan negara yang masih jauh dari ekspektasi.

Di satu sisi, tingginya kebutuhan anggaran untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) memaksa pemerintah menambalnya dengan meningkatkan jumlah pembiayaan di dalam APBN.

Yan Vellia Undang Gus Miftah di Peringatan 40 Hari Meninggalnya Didi Kempot

"Insya Allah direncanakan aktual seperti itu [defisit 6,34 persen]," kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani kepada Bisnis.com, yang dikutip Rabu (3/6/2020).

Dokumen Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Selasa (2/6/2020) menunjukkan volatilitas anggaran ini banyak dipengaruhi perubahan outlook belanja negara. Total outlook belanja APBN tahun 2020 mencapai Rp2.738,4 triliun atau lebih tinggi Rp124,5 triliun dari outlook Perpres No.54/2020.

IHSG Sempat Terjun Hampir 3 Persen, Investor Cemaskan Gelombang Kedua Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya