SOLOPOS.COM - Wali Kota Salatiga, Yuliyanto (kedua dari kiri), saat membuka kegiatan Audit Maternal Perinatal di Ruang Plumpungan, Kantor Setda Kota Salatiga, Rabu (5/1/2022). (Solopos.com-Humas Pemkot Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA — Kasus kematian bayi di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), tergolong cukup tinggi. Total ada sekitar 29 kasus kematian pada bayi yang terjadi selama tahun 2022. Jumlah ini melebihi target yang dicanangkan pemerintah selama tahun 2021, yakni 26 kasus.

Hal itu disampaikan Wali Kota Salatiga, Yuliyanto, saat membuka Pembelajaran Audit Maternal Perinatal (AMP) pada Kasus Kematian Ibu dan Bayi di Ruang Plumpungan Setda Kota Salatiga, Rabu (5/1/2022). Menurut Yuliyanto, peran tenaga kesehatan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan reproduksi sangat mendukung derajat kesehatan masyarakat.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Hal ini sejalan dengan apa yang akan dicapai pemerintah daerah dalam pembangunan kesehatan, baik untuk mencapai indikator kinerja utama (IKU), yakni angka kematian ibu, bayi, prevalensi gizi buruk dan prevalensi stunting.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Sepanjang 2020, 13 Bayi di Salatiga Alami Kematian

“Ini harus dilakukan dengan baik untuk mewujudkan kewajiban pemerintah daerah dalam mencapai standar pelayanan minimal [SPM] bidang kesehatan. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan dituntut untuk terus mengembangkan kompetensi yang bekualitas dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,” ujar Yuliyanto.

Yuliyanto juga meminta akses pelayanan kesehatan ibu hamil di puskesmas dan posyandu tetap berlangsung selama pandemi Covid-19. Tenaga kesehatan juga diimbau terus menggencarkan aspek promotif berupa edukasi.

“Situasi kesehatan ibu dan anak di Kota Salatiga sampai akhir 2021 tercatat angka kematian ibu mencapai 10 kasus dan 8 di antaranya karena Covid-19, targetnya tahun 2021 padahal 2 kasus. Sedangkan untuk jumlah kematian bayi mencapai 29 kasus, target 26 kasus. Kemudian untuk persentasi balita stunting di tahun 2029 mencapai 9,59%, target di bawah 14 % dan tahun 2021 mencapai 10,54% dengan target di bawah 12%,” terang Wali Kota Salatiga.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga, Suparli, mengatakan kegiatan AMP itu bertujuan untuk mendapatkan data kematian ibu, bayi, dan balita di Kota Salatiga. Selain itu juga mengupas dan menganalisisi kematian, ketersediaan tenaga kesehatan, dan prosedur pemberian layanan kesehatan.

Baca juga: Kematian Bayi Baru Lahir di Kendal Capai 119 Kasus

“ Kegiatan ini bisa menghasilkan mana-mana yang menjadi prioritas yang mempengaruhi faktor-faktor terhadap kejadian kematian ibu dan anak. Hal itu penting sebagai bentuk diseminasi informasi prosedur layanan dan upaya meningkatkan kemampuan SDM kesehatan di Kota Salatiga,” ungkap Suparli.

Sementara itu, peserta dalam kegiatan ini terdiri dari perwakilan berbagai organisasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), komunitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit, puskesmas, klinik, praktik mandiri bidan, dan tim dari DKK Salatiga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya