SOLOPOS.COM - Warung Soto Karto Ngali Klaten. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Belum lengkap rasanya berkunjung ke wilayah Jatinom dan sekitarnya jika belum mampir ke Soto Gedhek Karto Ngali. Istilah tersebut disampaikan beberapa orang ihwal kuliner soto legendaris yang ada di wilayah Jatinom dan sekitarnya.

Warung soto itu berada di tepi jalan raya Klaten-Jatinom, Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom yang berada di perbatasan dengan Kecamatan Jatinom. Lokasi warung itu tak jauh dari Umbul Jolotundo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bangunan warung itu bercat putih. Ada meja-meja dilengkapi rak kayu dan ditata toples-toples kaca berisi aneka rempeyek serta keripik tempe.

Di bawahnya, ada aneka gorengan dan satai yang diwadahi piring. Di meja saji, ada pemandangan daging ayam hingga aneka sayuran pengisi soto.

Sementara itu, soto disajikan menggunakan mangkuk. Semangkuk soto di antaranya berisi nasi, suwiran daging ayam, seledri, irisan kentang goreng, taoge, serta kubis. Kuah soto yang kaya akan rempah-rempah memiliki cita rasa gurih dan menghangatkan.

Baca Juga: 4 Makanan Tradisional Khas Klaten Ini Sering Diburu Pembeli

Jika menginginkan lauk daging ayam, pembeli bisa memesan ayam pecok. Pembeli bisa memilih bagian ayam yang ingin dinikmati dan langsung dipotong oleh pegawai warung sesuai pesanan. Selain soto dan ayam pecok, sajian teh hangat dengan pemanis murni gula batu di warung itu tak kalah nikmat.

Seporsi soto seharga Rp8.000 dengan sajian minuman di warung itu seharga Rp3.000. Sementara, harga ayam pecok di warung itu Rp20.000 untuk bagian dada dan Rp30.000 untuk tepong.

Warung Soto Karto Ngali ada sejak puluhan tahun silam. Saat ini, warung itu dikelola oleh Sri Maryati, 38, yang merupakan generasi ketiga.

Sekitar dua tahun terakhir, Sri Maryati meneruskan usaha warung itu meneruskan almarhum ayahnya, Panut Purwo Wiyono.

Baca Juga: Ini Dia Aneka Kuliner di Dekat Stasiun Klaten

“Yang mengawali buka warung ini duluh Mbah Kakung namanya Karto Ngali. Kemudian dilanjutkan bapak saya dan sekarang saya yang meneruskan,” kata Sri Maryati saat ditemui Solopos.com, Kamis (20/10/2022) siang.

Sri Maryati tak tahu persis sejak kapan warung itu dirintis kakeknya. Diperkirakan, warung itu sudah ada sejak tahun 1950-an.

Soal nama gedek yang disematkan pada warung itu, Sri Maryati menjelaskan awalnya bangunan warung itu berupa gedek.

Lantai warung masih berupa tanah. Jendela warung disangga menggunakan bambu.

Baca Juga: Punya Banyak Cabang, Warung Sop Pak Min Jadi Ciri Khas Kuliner di Klaten

Sementara, lingkungan warung di kelilingi pohon bambu. Hingga sekitar 2003, warung dibangun dan bangunan bertahan hingga kini.

Soal pelanggan, Sri Maryati menjelaskan berasal dari berbagai wilayah. Ada pelanggan asal Jakarta, Semarang, serta Salatiga.

Saban melintasi di sekitar Jatinom, para pelanggan itu tak lupa menyempatkan diri untuk mampir ke warung Soto Karto Ngali.

Tak hanya sotonya, ada pembeli yang menyukai teh hangat dari warung tersebut. Tak sedikit dari mereka yang datang khusus menikmati teh kental yang disajikan menggunakan gula batu.

Baca Juga: Mulai Dikepung Warung Soto sejak 2015, Klaten Bisa Menjelma Jadi Kota Soto

Meski kini bermunculan warung soto Boyolali, warung soto Karto Ngali tak sepi pembeli. Disinggung cara bertahan di tengah bermunculan warung soto lainnya, Sri Maryati menjelaskan selama ini warung Soto Karto Ngali berusaha menjaga kualitas cita rasa.

Cara memasak soto di warung itu masih tradisional. Soto dimasak menggunakan kayu bakar meski kini sudah ada elpiji.

Sementara, bumbu masih ditumbuk menggunakan lumpang meski kini ada alat pengaduk modern.



“Bumbunya resep turun temurun. Masaknya masih tradisional. Karena memang cita rasanya lebih nikmat ketika dimasak secara tradisional,” kata dia.

Baca Juga: Nikmatnya Soto Legendaris Mbok Dele Klaten, Jujukan Para Artis-Seniman Kondang

Sri Maryati menjelaskan saat ini Warung Soto Karto Ngali belum membuka cabang. Dia mengaku sudah ada beberapa orang yang dulu mengajak kerja sama untuk membuat usaha warung Soto Karto Ngali menjadi usaha franchise atau waralaba.

Setidaknya sudah ada empat orang yang menawari almarhum bapaknya.

“Almarhum bapak saya pernah mendapatkan. Tetapi ditolak bapak. Mungkin untuk menjaga kualitas cita rasa. Kalau dipegang orang lain [yang bukan satu keluarga] tentunya beda,” kata Maryati.

Salah satu pembeli, Tanto, 45, mengatakan Soto Karto Ngali memiliki cita rasa berbeda jika dibandingkan soto lainnya.

Baca Juga: Nikmatnya Pecel Kupluk Pak Sabar Ponggok Klaten, Telurnya Segede Piring

“Pertama kali menyeruput kuahnya itu langsung terasa rempah-rempah kuah soto yang menghangatkan. Kemudian ada cita rasa gurih di soto ini. Memang Soto Karto Ngali rasanya bikin nagih,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya