SOLOPOS.COM - Air mengalir melewati pintu air Saluran Induk Colo Timur di Pengkol, Nguter, Sukoharjo, Senin (12/11/2012). (Solopos/Ivan Andimuhtarom)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Pintu air saluran irigasi Colo Timur di Dam Colo Sukoharjo belum juga dibuka. Padahal, pintu air tersebut sudah ditutup sejak 15 September atau sudah lebih dari sebulan.

Ketua Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur, Jigong Sarjanto, mengatakan pembukaan pintu air Colo Timur belum bisa ditentukan. Hingga kini belum hujan sehingga stok air di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri sangat minim.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Sesuai jadwal mestinya penutupan Dam Colo hanya satu bulan. Jika dihitung dari tanggal penutupan Colo Timur pada 15 September, mestinya 15 Oktober dibuka kembali. Tapi karena belum ada hujan, Colo Timur belum dioperasikan kembali," kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Senin (21/10/2019).

Dia mengatakan pengoperasian kembali Colo Timur menunggu persediaan air di Waduk Gajah Mungkur terpenuhi. Namun, daerah tangkapan air di Wonogiri seperti Tirtomoyo, Baturetno, Pracimantoro, Giritontro, dan beberapa wilayah di Pacitan yang mengalir ke Waduk Gajah Mungkur belum hujan.

Profil 13 Nama Masuk Bursa Menteri Kabinet Jokowi-Ma'ruf

Daerah tangkapan air di Wonogiri baru hujan dua hingga tiga pekan setelah kawasan Sukoharjo. Secara otomatis persediaan air di Waduk Gajah Mungkur masih minim.

"Sekarang saja hujan belum turun. Padahal selisihnya sampai tiga pekan. Otomatis pembukaan pintu air juga mundur jauh," katanya.

Ihwal nasib petani yang bergantung pada air di saluran Colo Timur, Jigong meminta mereka mulai mencari sumber-sumber air alternatif. Parahnya, sumber-sumber air alternatif seperti sumur pantek dan lainnya juga sudah mulai menipis stoknya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, mengatakan luas lahan pertanian di Sukoharjo ada 20.460 hektare (ha). Dari jumlah itu, terdiri dari sawah irigasi teknis 14.469 ha, sawah irigasi setengah teknis 2.241 ha, irigasi sederhana 1.874 ha, dan sawah tadah hujan 1.876 ha.

Dari 14.469 sawah irigasi teknis, 73% di antaranya bergantung pada aliran air dari Dam Colo dan 27% dari irigasi provinsi maupun kabupaten. Untuk itu, petani yang tidak memiliki sumber air lainnya, otomatis tidak bisa menanam padi saat Dam Colo ditutup.

Pria Sukoharjo Ditemukan Tak Bernyawa Seusai Pesta Miras

"Selama Dam Colo ditutup, petani yang ingin menanam padi dituntut menggali potensi sumber air lain dan salah satunya menggunakan pompa air," jelasnya.

Sementara itu petani di wilayah Mojolaban mulai kelimpungan dengan lamanya penutupan saluran induk Colo timur. Para petani terpaksa mencari sumber alternatif menggunakan sumur pantek agar tanaman tetap tumbuh hingga panen.

Sebagian petani lain memilih membiarkan lahan pertaniannya tidak digarap alias diberakan. Petani di Cangkol, Mojolaban, Sugimin, misalnya menyiapkan mesin diesel untuk mengambil air dari sumur pantek.

Padahal biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. "Sewa mesin diesel sehari Rp100.000 belum bensinya Rp100.000. Mesin diesel ini untuk menyedot air dari sumur pantek," ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya