SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Terduga teroris W yang ditangkap Senin (29/5/2017) di Sukoharjo pernah dicari Densus 88 di Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Pria yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Dukuh Sono, Bugel, Pulokarto, Sukoharjo, Senin (29/5/2017), W, 30, pernah menjadi warga Dusun Blimbing, Ketos, Paranggupito, Wonogiri. Namun, sejak 10 Januari 2014, W sudah pindah menjadi warga Sukoharjo.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Informasi yang diperoleh Solopos.com, di desa kelahirannya tersebut, W pernah mengibarkan bendera warna hitam di rumahnya pada 2013 lalu. “Saya tidak melihat bendera tersebut, tetapi ada warga lain yang lihat dia membawa bendera hitam dengan tulisan Arab di tengahnya,” ungkap Penjabat (Pj) Kepala Dusun Blimbing, Supardi, 48, kepada Solopos.com di kantor desa setempat, Selasa (30/5/2017).

Dia menambahkan pada 2013 juga ada beberapa orang yang mengaku dari Densus 88 Antiteror mencari rumah W dan informasi tentang keluarga W. “Tapi saya tidak tahu mereka itu Densus 88 beneran atau temannya W. Kebetulan saat itu, dia tidak ada di rumah,” imbuhnya.

Warga Blimbing, S, mengatakan W sempat mengibarkan bendera hitam di samping rumahnya selama beberapa hari. Sementara kakak kandung W, YL, mengaku tidak tahu bendera apa yang dikibarkan W. (Baca  juga: Sejam Lebih Menggeledah, Ini yang Dibawa Densus 88 Antiteror dari Ruko di Cemani)

Namun dia membenarkan adiknya pernah membawa bendera hitam ke rumahnya. “Benderanya hitam, tapi bendera apa dan untuk apa, kami tidak tahu,” tandasnya.

Menurut YL, W jarang berkomunikasi dengan keluarganya, termasuk ayahnya, S, 70. “Sulit ditelepon, tetapi kemarin Minggu [28/5/2017] malam, saya telepon tapi tidak terdengar suaranya,” ujar dia.

Menurut YL, W tidak pernah ke Wonogiri lagi sejak Lebaran tahun lalu. Dia menceritakan dirinya sempat ke rumah laundry yang ditempati W di Sukoharjo. Namun, W tidak mau membukakan pintu. “Padahal dia ada di dalam rumah itu, tapi tidak mau membukanya. Itu enam bulan yang lalu,” kata dia.

YL menambahkan sejak istri W melahirkan, W tidak membuka pintu jika YL datang ke tempatnya saat hari libur kerja.

Warga Belimbing, Desa Ketos, S, mengatakan W merupakan orang yang cerdas di bidang elektronik. Menurutnya, W sempat mengikuti pelatihan elektronik di desa dan bekerja di salah satu bengkel elektronik di Solo. “SD dan SMP masih di sini, tetapi SMA di Semarang ikut omnya,” kata S.

Dia menjelaskan setelah lulus SMA, W sempat kerja di Jakarta selama satu tahun. Kemudian dia bekerja di Solo sebagai sopir di salah satu yayasan sosial selama satu tahun. Setelah resign dari yayasan tersebut, dia menikah pada Desember 2013.

“Saat di yayasan sosial itu dia sering pulang dan membantu tetangga yang sakit, tetapi setelah menikah dia sudah jarang ke sini,” ujar Sukatno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya