SOLOPOS.COM - Pengunjung mengamati foto maestro keroncong (Alm.) Gesang Martohartono, yang dipamerkan dalam Seabad Gesang di Omah Sinten Heritage Hotel and Resto, Solo, Minggu (1/10/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Seabad Gesang sang maestro keroncong diperingati di Omah Sinten Solo.

Solopos.com, SOLO — Lagu keroncong Bengawan Solo mengalun di area Omah Sinten Hotel & Resto Solo, Minggu (1/10/2017). Deretan foto sang pencipta lagu legendaris tersebut, mendiang Gesang Martohartono, dipajang di beberapa titik Pendapa Omah Sinten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada foto ketika Gesang masih muda, saat menerima beberapa penghargaan, bertemu Joko Widodo saat menjabat Wali Kota Solo, dan beberapa kenangan lain. Catatan perjalanan sang maestro keroncong juga dihidupkan dari benda-benda peninggalannya saat masih hidup. Di antaranya sepeda motor Honda berpelat nomor AD 3282 A yang dibeli tahun 1973, sketsa wajah perempuan karya Gesang, jas hitam, dan baju batik seragam Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (Hamkri).

“Itu yang biasa dipakai Pak Gesang saat masih hidup. Digunakan untuk wira-wiri. Ya main, beli pakan burung saat masih tinggal di Palur,” kenang salah satu keponakan Gesang, Hasanudin Santosa, 55, sambil menunjuk sepeda motor Honda berwarna merah.

Bagi Hasanudin, mendiang Gesang yang meninggal di usia 92 tahun pada 2010 adalah sosok inspiratif. Meskipun memiliki karya yang diapresiasi hingga ke luar negeri, Gesang tetap sederhana. Jiwanya sebagai musisi keroncong melekat hingga usia senja. Hampir setiap hari Gesang selalu menyimak acara-acara keroncong di radio, maupun televisi.

Seingat Hasanudin, beberapa jam sebelum meninggal Gesang meminta anggota keluarga untuk menuliskan lirik salah satu lagu gubahannya Jembatan Merah. “Beliau selalu berpesan generasi muda jangan lupa keroncong. Enggak tahu maksudnya apa. Tapi waktu itu [sebelum meninggal] kakak saya diminta menulis lirik [Jembatan Merah] di kertas. Siangnya meminta nulis lirik, sorenya meninggal,” kata
Hasanudin.

Spirit kekaryaan Gesang tak hanya dirasakan sang keluarga, namun juga para penikmat karyanya. Hal itu yang mendasari Komunitas Pecinta Kota Solo #kotasolo dan  Omah Sinten Heritage Hotel & Resto Solo menggelar acara peringatan seratus tahun Gesang bertajuk #SeabadGesang.

Acara yang digelar sejak Minggu pagi ini dimeriahkan dengan pameran foto dan memorabilia, ziarah makam, dilanjutkan pemutaran film dokumenter, dan musik apresiasi pada Minggu malam.

“Harapan kami acara ini menjadi momentum untuk saling memberi semangat kita semua agar kembali mengingat sosok Mbah Gesang. Tak hanya karya, tetapi juga sosoknya yang sangat sederhana. Spirit Mbah Gesang ini yang ingin kami teladani melalui acara ini,” kata Perwakilan Relawan #KotaSolo Sadrah.

Owner Omah Sinten Hotel & Resto, Slamet Rahardjo, Minggu, mengatakan Gesang merupakan sosok inspiratif yang layak dikenang. Sebelumnya mereka juga pernah menggelar peringatan sederhana 100 hari meninggalnya Gesang.

Sebagai wujud apresiasi terhadap musik keroncong, ia juga membuat ruang khusus bernama D’Keroncong yang di dalamnya berisi beberapa foto sang maestro. Setelah acara usai, Omah Sinten, mempersembahkan satu panggung khusus di depan restoran yang diberi nama Panggung Gesang. Tempat itu disediakan gratis kepada semua orang yang ingin menggelar pentas seni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya