SOLOPOS.COM - Susy Susanti (Badmintonindonesia.org)

SEA Games 2017 diwarnai dengan Indonesia yang hanya menempatkan satu wakil di final pada cabor bulu tangkis.

Solopos.com, KUALA LUMPUR – Kontingen Indonesia cabang bulu tangkis sebenarnya ditarget mendapatkan tiga emas dalam nomor perorangan di ajang SEA Games 2017. Namun hal itu dipastikan tak terpenuhi lantaran hanya Jonatan Christie yang menembus babak final.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Manajer tim bulu tangkis Indonesia di SEA Games 2017, Susy Susanti, membeberkan hasil pengamatannya atas penampilan para pemain, khususnya laga semifinal hari ini di Axiata Arena, Kuala Lumpur.

Seperti diketahui, Indonesia berpeluang mendapat emas hanya lewat Jonatan di nomor perorangan. Sementara tiga wakil lainnya, yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Ihsan Maulana Mustofa (tunggal putra) kandas di semifinal dan meraih perunggu.

Susy menilai tiga partai yang harus menelan kekalahan di laga semifinal seharusnya tidak terjadi. Pasalnya tiap pemain sudah punya peluang besar untuk menang dengan memimpin perolehan angka. Namun justru lawan dapat membalikkan keadaan dan menang.

“Target tiga medali emas memang tidak tercapai. Ini patut dievaluasi, harusnya di saat pertandingan penting seperti ini pemain tidak boleh hilang fokus. Dalam tekanan seperti apapun, harusnya diatas angin, bukan sebaliknya. Inilah salah satu faktor kekalahan tiga partai, sebetulnya mereka bisa,” kata Susy di Badmintonindonesia.org, Senin (28/8/2017).

Fajar/Rian ditundukkan wakil Thailand, Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh dengan skor 17-21, 21-23. Di game kedua, Fajar/Rian unggul jauh 17-12, 19-14 dan 20-17, namun mereka tak mampu menyudahi game kedua dengan kemenangan.

“Ganda putra juga missed target, yang diprediksi itu tunggal dan ganda putra yang jadi andalan. Faktor yang menjadi titik lemah kita adalah nekadnya, beraninya yang kurang. Saat mereka tertekan, nggak bisa berkembang. Saat leading, justru gagal fokus, gampang banget buang poin,” komentar Susy.

“Hal-hal  ini yang harus kita perhatikan, karena bukan sekali dua kali seperti itu. Di beregu Fajar/Rian mengalami hal yang sama, game pertama menang, game kedua sudah leading, gagal. Di perorangan kita lihat tadi juga begitu. Kejadian begini dua kali berturut-turut, seharusnya belajar dari pengalaman” tambah Susy.

Kejadian yang sama terulang di nomor tunggal. Gregoria cuma butuh satu poin lagi untuk memenangkan game pertama atas Soniia Cheah (Malaysia) saat memimpin 20-17. Sebelumnya Gregoria juga unggul jauh 17-11. Ihsan pun tak dapat memanfaatkan keunggulannya atas Khosit Phetpradab (Thailand), ketika unggul 16-10 dan 20-18.

“Begitu juga dengan Gregoria, lalu juga Ihsan. Ada kesempatan, sudah leading, tidak bisa menekan lawan. Saat kita unggul, harusnya benar-benar menekan, nggak boleh kasih kesempatan sedikitpun. Tetapi ini kehilangan fokus sedikit, langsung hilang [poin],” jelas Susy.

“PR kami banyak, ternyata tidak satu dua pemain saja. Kami akan diskusi dengan pelatih, seperti apa jalan keluarnya. Intinya atletnya harus mengubah mindset mereka sendiri,” tutur Susy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya