Kilas Balik

Solopos Digital Media

SBBI lahir dari kepedulian Solopos Media Group terhadap belum adanya survei merek terbaik di kawasan Solo dan sekitarnya. Setiap tahun ada survei yang menilai merek terbaik secara Nasional, namun tidak ada yang menilai secara khusus pasar Soloraya.

Padahal, kawasan Soloraya telah berkembang pesat dan memiliki karakter yang besar kemungkinan berbeda dengan Nasional.

SBBI berawal pada 2000. Saat itu, survei merek terbaik ini masih menyandang nama Solo Customer Satisfaction Index (SCSI). SCSI berjalan selama enam tahun, 2000-2006.

SCSI mengukur kepuasan konsumen terhadap merek yang mereka gunakan. Pada tahun ke tujuh, yakni 2007, SCSI berubah menjadi SBBI.

Perubahan ini karena penyempurnaan variabel penilaian. Jika SCSI hanya mengukur empat variabel, yaitu brand awarenessmarket share, kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen, SBBI tampil lebih lengkap.

SBBI 2007 makin kaya dengan adanya penambahan variabel pularitas iklan (ad awareness) dan potensi merek untuk mengakuisisi konsumen di masa depan (gain index).

Seiring waktu, panitia SBBI terus menyempurnakan survei dengan memperkaya variabel penilaian.

Tidak hanya berkutat pada Merek Terbaik (Best Brand), kemudian lahirlah Prestigious Brand (merek paling bergengsi) sejak beberapa tahun lalu mengingat pentingnya gengsi bagi masyarakat era terkini.

Panitia juga memperluas survei ke Jogja dengan mengadakan survei khusus area Jogja, yakni Jogja Best Brand Index (JBBI).

Pada 2020, Solo Best Brand Index-Jogja Best Brand Index (SBBI-JBBI) bermetamorfosis menjadi  Solo Best Brand Innovation. Solo Best Brand Innovation masih mengacu riset-riset sebelumnya dengan menambah riset tentang aspek keinovasian produk tertentu.