SOLOPOS.COM - Sawah yang tergenang luapan air sungai di Desa Karangtalun, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Kamis (4/2/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN -- Puluhan hingga ratusan hektare (ha) sawah wilayah Kecamatan Karangdowo, Klaten, tergenang banjir luapan sungai, Kamis (4/2/2021). Kondisi itu membuat petani ketir-ketir.

Jika air tak kunjung surut dalam beberapa hari ke depan tanaman padi mereka terancam tak bisa panen. Sawah tergenang luapan air sungai itu meliputi sejumlah desa seperti Karangtalun, Bulusan, Pugeran, Karangwungu, Ngolodono, Tambak, serta Kupang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Umur tanaman padi yang terendam antara dua pekan hingga 1,5 bulan. Kondisi itu terjadi menyusul hujan yang mengguyur seputaran Klaten pada Rabu (3/2/2021). Air mulai menggenangi sawah serta perkampungan pada Rabu malam dan mulai surut pada Kamis (4/2/2021) dini hari.

Baca Juga: Jateng Di Rumah Saja, Pemkab Sukoharjo Izinkan Mal dan Swalayan Tetap Beroperasi

Di Desa Karangtalun, Klaten, sejumlah lahan sawah masih tergenang banjir luapan air sungai hingga Kamis siang. Salah satu lahan pertanian yang tergenang luapan sungai yakni milik Suryanto.

Pria yang juga Kadus I Desa Karangtalun itu menjelaskan padi berumur satu hingga dua bulan yang ia tanam pada lahan seluas 2.000 meter persegi tergenang air hingga Kamis siang. Suryanto mengatakan meski hampir seluruh bagian tanaman padi terencam.

Tanaman tersebut masih bisa terselamatkan asalkan genangan air segera surut dalam tempo dua hari ke depan. Namun jika hujan mengguyur lagi dan genangan air tak kunjung surut, tanaman padi yang ia tanam bakal mati dan harus ganti dengan bibit padi baru. “Kalau masih banjir lagi ya bablas,” kata Suryanto saat ditemui Solopos.com di lahan persawahannya, Kamis.

Baca Juga: Susul Rekannya, Anggota DPRD Solo Elizabeth Pudjiningati Sembuh Dari Covid-19

Berharap Solusi

Suryanto mengatakan sawah tergenang banjir sudah kerap terjadi saban musim penghujan di Karangdowo, Klaten. Kondisi itu biasa terjadi ketika debit air pada saluran irigasi terus meningkat. Ia berharap ada solusi agar persoalan tersebut tak terus menerus terjadi. “Kalau bisa ada normalisasi dan pelebaran saluran irigasi,” katanya.

Kepala Desa Kupang, Sutari, mengatakan luapan sungai Bloro sempat menggenangi jalan permukiman di Desa Kupang. Di kantor desa, ketinggian air sempat mencapai sekitar 30 sentimeter.

Hanya, luapan air sungai itu hanya menggenangi halaman kantor desa. Luapan itu terjadi mulai Kamis pukul 18.00 WIB dan mulai surut sekitar pukul 02.00 WIB. Selain Kantor Desa Kupang, Klaten, sawah seluas 50 ha sempat tergenang banjir luapan sungai.

Baca Juga: Desa Gadingan Paling Parah Terdampak Banjir Sukoharjo, Rumah Wakil Bupati Ikut Kena

“Air yang menggenangi sawah juga sudah surut. Ada yang usia tanaman itu tinggal dua pekan lagi panen. Tergantung kondisinya. Kalau nanti tidak terendam lagi, tanaman padi masih bisa terselamatkan dan dipanen,” jelasnya.

Sutari menuturkan Kupang menjadi daerah yang hampir saban tahun langganan banjir. Saban musim hujan tiba, setidaknya permukiman hingga sawah desa setempat dua kali terendam luapan sungai.

Rumpun Bambu

“Biasanya setahun dua kali banjir. Setiap kali kami mendapatkan kabar wilayah hulu debit airnya meningkat, kami sudah stand by di jembatan. Apalagi kalau ada rumpun bambu yang hanyut ke sungai. Bagusnya itu luapan bisa cepat surut karena banyak saluran pembuangan di jalan kampung,” katanya.

Baca Juga: Penyakit Chikungunya Merebak Lagi, Terbanyak di Wonogiri Kota

Camat Karangdowo, Klaten, Tomisila Aditama, mengatakan hingga Kamis pagi air yang sempat menggenangi jalan permukiman lima desa serta sawah sudah mulai surut.

“Untuk permukiman sudah surut. Pertanian juga sudah surut tetapi masih ada yang tergenang. Untuk dampak ke pertanian tidak bisa langsung, tergantung genangannya. Kalau bisa segera surut, masih bisa terselamatkan. Seperti Kupang. Hampir semua sawah terendam dalam waktu tertentu sudah surut lagi,” jelasnya.

Tomi menuturkan permukiman serta sawah Karangdowo terendam banjir luapan Sungai Bloro lantaran debit air terlalu deras. Selain faktor debit air terlalu deras, air meluap setelah ada rumpun bambu yang hanyut terbawa arus sungai hingga menyangkut pada jembatan. “Harapannya kalau bisa sungai dilakukan normalisasi serta pelebaran saluran irigasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya