SOLOPOS.COM - Warga membendung Selokan Mataram menggunakan bambu, Kamis (13/9) (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Warga membendung aliran Selokan Mataram menggunakan bambu, Kamis (13/9) (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

SLEMAN—Demi menyelamatkan persawahan yang mulai kekurangan air, belasan warga Dusun Somokaton, Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, nekat membendung Selokan Mataram, Kamis (13/9).

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Upaya ini dilakukan agar air bisa masuk ke saluran irigasi. Namun karena dianggap merugikan petani pengguna air lainnya, bendungan yang terbuat dari bambu itu akhirnya dibongkar petugas.

Menurut salah satu petani, Baiman, 63, mereka terpaksa membendung Selokan Mataram karena tanaman jagung di Dusun Somokaton sudah mulai kekurangan air. Sedangkan air di saluran irigas tak lagi mengalir.

Baiman menjelaskan, setidaknya ada 15 hektar sawah di sisi selatan Selokan Mataram yang mengandalkan air dari Selokan Mataram. “Pembuatan bendungan ini atas inisiatif kelompok, belum izin pihak berwenang. Biasanya juga demikian, tidak perlu izin yang penting tidak terlalu tinggi,” kata Baiman.

Menurutnya, saluran irigasi di Somokaton mengaliri area persawahan di empat dusun, yakni Dusun Susuan, Somokaton, Planggok dan Ungaran.

Bendungan yang dibangun warga ini terbuat dari bambu yang dirakit menghalangi laju aliran Selokan Mataram. Bendungan itu dibuat setinggi satu setengah meter dari dasar Selokan Mataram.

“Sebenarnya air itu bisa masuk di saluran irigasi tapi tidak banyak. Kalau dibendung seperti ini bisa membuat aliran lebih baik dan air bisa mengalir hingga Dusun Susuan yang jaraknya sekitar satu kilometer,” tandas Baiman.

Tanpa Izin

Petugas di Pos Pengamat Selokan Mataran 1, Wijiono, mengatakan upaya membendung Selokan Mataram memang sering terjadi saat musim kemarau seperti saat ini.

Menurut Wijiono, petugas pengawas Selokan Mataram terpaksa membongkar bendungan yang dibangun warga Somokaton karena ketinggiannya tidak wajar, yakni mencapai tiga meter. Pembongkaran dilakukan agar aliran air tak terganggu.

“Mereka tidak izin dan langsung membendung saja. Kami baru tahu setelah memantau aliran selokan surut,” kata Wijiono.

Menurut petugas lain, Hari Subandriyo, saat ini aliran air di Selokan Mataram masih normal, yakni 40 liter per detik.

“Masih cukup asalkan tidak ada warga yang mencuri air dengan cara membendung,” kata Hari.

Masalah lain yang muncul di Pos Pemngamatan Selokan Mataram II adalah banyaknya sampah yang dibuang ke Selokan Mataram. Paling banyak, limbah rumah tangga yang berasal dari kawasan Seturan. Akibatnya, ancaman kekeringan muncul bagi ribuan hektar lahan pertanian dan perikanan di Sleman bagian Timur.”Susah untuk menertibkannya, tapi kami terus menempuh upaya pendekatan dan sosialisasi pada warga,” kata Hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya