SOLOPOS.COM - Sri Mulatsih bersama kakaknya berjaga di teras rumahnya di Bauresan, Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Rabu (26/4/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Satwa liar Wonogiri, warga Bauresan siap melawan serangan kera dengan bekal ketapel.

Solopos.com, WONOGIRI — Sri Mulatsih, 40, duduk sambil memegang ketapel di teras rumahnya di Lingkungan Bauresan RT 004/RW 002, Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Rabu (26/4/2017) pagi menjelang siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kakaknya, Lartiyo, menemaninya. Di dekat mereka beberapa petasan berbentuk tabung panjang tergeletak di dalam plastik. Mereka mengawasi situasi sekitar depan rumah.

Sejumlah warga berkumpul di sudut lain. Mereka memperbincangkan serangan kera liar yang kian mengganas di lingkungan mereka belakangan ini. Tak lama mereka beranjak dan mengamati pergerakan kera di pepohonan samping rumah Sri. (Baca juga: Teror Kera di 4 Kecamatan Kian Mengganas)

Rumah Sri dekat hutan lereng Gunung Gandul. Beberapa jam sebelumnya dua ekor kera dewasa nangkring di genting rumah Sri.

Seusai mencuci piring Sri melihatnya. Setelah diamati ternyata lebih dari 10 ekor kera telah menunggu di pepohonan belakang rumahnya. Menurutnya, dua ekor kera yang nangkring merupakan pimpinan kelompok yang bertugas membuka akses ke rumahnya melalui genting.

Setelah berhasil dibuka, kawanan lainnya akan ikut masuk menjarah makanan, seperti yang terjadi Senin (24/4/2017) lalu. Kera turun ke permukiman diduga karena makanan di habitat mereka telah habis. Pada saat yang sama populasi kera sudah tak terkendali.

Sri tak tahu harus berbuat apa untuk mengusir kera-kera itu. Dia hanya bisa menangis karena ketakutan. Kemudian dia menghubungi warga lainnya unutk meminta tolong. Tak lama warga berdatangan mengusir primata tersebut.

Hari itu Sri dibekali plintheng dan petasan agar bisa mengusir kera jika datang lagi. Sejak kejadian yang menimpa Sri awal pekan lalu warga berjaga-jaga. Seperti polisi yang berbekal senjata lengkap dalam menjaga wilayah karena ada status siaga 1 atau situasi berpotensi menimbulkan gangguan keamanan, warga membekali diri dengan ketapel agar sewaktu-waktu bisa mengusir kera.

“Dari dulu warga sini [Bauresan] punya plintheng semua, karena kera menyerang ke rumah-rumah sudah sejak lama. Bahkan sampai ke tengah kampung. Biasanya kera-kera nunggu di depan rumah. Kalau ada makanan diambil. Kalau pintu rumah terbuka sedikit saja kera langsung masuk. Jadi rumah warga sini setiap hari terkunci,” kata Sri.

Sudah tak terhitung genting rumah warga yang pecah akibat diinjak-injak kera. Banyak warga yang mengganti genting mereka dengan seng agar tak mudah rusak. Seperti halnya Retno.

Setiap hari kera berkeliaran di atap rumahnya menimbulkan suara gaduh. Warga lainnya, Budi, mengatakan pengurus masjid setempat mengganti atap dengan galvalum agar tidak pecah jika diinjak-injak kera.

“Lampu masjid dan lampu penerangan kampung sering ganti karena diambil kera,” ujar Budi.

Sejak senin lalu penjagaan warga diperketat karena kera semakin berani. Tak hanya merusak genting tetapi juga menjarah makanan siap saji, berbagai bahan pangan, merusak warung, dan pakaian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya