SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Satwa liar berupa kera liar membuat pemerintah kabupaten Boyolali.  

Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali mengaku kewalahan mengatasi kera liar yang ada di lereng Gunung Merapi. Pemkab Boyolali meminta semua pihak untuk bersama-sama memikirkan masalah satwa kera liar ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Boyolali, Sugiyarto, mengatakan selama ini penanganan satwa liar tersebut masih setengah-setengah, karena antara instansi dengan instansi lainnya masih berjalan sendiri-sendiri.

Menurut dia, penanganan kera liar di lereng merapi harus dilakukan secara terpadu. Selain itu harus ada penanganan jangka pendek dan jangka panjang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Harus dibicarakan bersama tidak bisa parsial. Jadi jangka panjang misalnya dari kami menyediakan dan melakukan penanaman pohon buah di lereng merapi, hal itu dilakukan untuk menyediakan makanan di lereng merapi. Kemudian jangka pendek misalnya dari warga atau dari instansi lain mencegah kera masuk dengan jaring atau memanfaatkan anjing untuk memanfaatkan,” kata Sugiyarto saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (3/3/2015).

Sementara itu, Kepala Seksi Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Wilayah 2 Boyolali, Agnes Dini, mengatakan pihaknya juga mengaku kesulitan mengatasi kera liar ini. Penanganan yang dia lakukan pun juga tak jauh-jauh dari penanaman pohon di lereng merapi.

“Selama ini penanganannya hanya penanaman pohon dan pengusiran bersama warga,” kata dia saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (3/3/2015).

Menurut dia, kera liar yang saat ini masuk ke permukiman warga bukan berasal dari kawasan Gunung Merapi. Tetapi kera liar yang memang tinggal di sekitar permukiman warga.

“Jadi kera itu kan berkoloni, koloni kera dari kawasan taman nasional ada, koloni tanaman yang di sekitar warga juga ada, biasanya tinggalnya di jurang-jurang. Nah kalau kedua koloni kera itu bertemu biasanya ribut. Mereka punya wilayah kekuasaan masing-masing,” jelas dia.

Anggota Polisi Hutan (Polhut) Resort Selo, Azhar Ramadhona, mengatakan serbuan kera semakin hari semakin mengkhawatirkan.

Dia mengimbau kepada warga setempat untuk tidak melukai kera saat mengusirnya.

“Pernah ada kejadian saat itu ada warga yang menembak kera. Besoknya rumah yang menembak kera itu diobrak-abrik. Karena yang saya tahu sifat kera itu pendendam, jadi jangan sekali-kali melukainya,” kata saat berbincang dengan Solopos.com di Kantor BTNGM Wilayah 2 Boyolali, Selasa.

Sebelumnya, ratusan kera di lereng Gunung Merapi mulai menyerang permukiman di sejumlah desa. Warga setempat resah karena  kera-kera tersebut kerap mengambil makanan di dalam rumah dan merusak lahan pertanian setempat.

Kepala Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, Sutris, mengatakan serangan kera ke permukiman warga itu mulai terlihat sekitar dua bulan terakhir. Satwa liar yang sebelumnya hanya menyerang lahan pertanian warga setempat, kini sudah mulai masuk ke rumah penduduk.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya