SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, saat memberikan keterangan kepada wartawan di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Jumat (12/3/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Pandemi Covid-19 di Kabupaten Wonogiri sudah berlangsung selama satu tahun. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk menangani persebaran kasus virus corona.

Kasus pertama Covid-19 di Wonogiri menimpa seorang perempuan warga Kecamatan Jatipurno, Wonogiri. Pasien dinyatakan meninggal dunia pada 18 Maret 2020 di RS Moewaerdi Solo. Diduga korban tertular setelah mengikuti acara seminar di Bogor, Jawa Barat pada 25-28 Februari 2020.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hingga Kamis (11/3/2021), secara kumulatif jumlah pasien Covid-19 di Wonogiri sebanyak 3.220 orang dengan kasus aktif sebanyak 58 orang. Pasien yang telah sembuh sebanyak 3.014 orang. Sedangkan pasien yang meninggal sebanyak 148 orang.

Baca Juga: Satpol PP Sukoharjo Preteli Puluhan Reklame Liar di Jalan Protokol

Setelah satu tahun pandemi Covid-19 berlangsung di Wonogiri, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengevaluasi kebijakan dan perkembangan kasus yang diawali dengan data Covid-19 di Wonogiri. Menurut dia, angka kasus positif Covid-19 di Wonogiri termasuk rendah dibandingkan daerah lain.

Pria yang akrab disapa Jekek itu mengatakan sosialisasi kepada warga menjadi salah satu langkah yang efektif dilakukan sejak awal pandemi. Sehingga dengan adanya pemahaman itu, angka kasus Covid-19 bisa ditekan.

"Sosialisasi tentang Covid-19 kami lakukan dengan berbasis budaya. Pemahaman kami sampaikan dengan bahasa lokal, sehingga mudah diterima masyarakat. Tidak perlu menggunakan istilah asing seperti physical distancing, karena masyarakat kami sulit menerjemahkan. Pakai istilah pagebluk dan sejenisnya warga akan lebih paham," kata dia, Jumat (12/3/2021).

Peran RT

Selain itu, menurut Jekek, sejak awal pandemi Pemkab Wonogiri telah melibatkan peran Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) dalam penanganan Covid-19. Mereka turut dilibatkan dalam melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warganya terkait adanya pandemi.

Sosialisasi, lanjut Jekek, juga dilakukan dengan menggandeng TNI-Polri dan petugas Puskesmas untuk keliling di daerahnya masing-masing menggunakan pengeras suara. Tempat ibadah juga digunakan untuk saling mengingatkan adanya pandemi Covid-19.

"Pola sosialisasi seperti itu sudah kami lakukan sejak Covid-19 mulai ada di Wonogiri. Memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan basis kultur ternyata paling efektif dalam menekan angka kasus. Itu evaluasi kami. Hal itu tidak jauh beda dengan konsep pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat [PPKM] mikro yang saat ini berlangsung," ungkap dia.

Baca Juga: Pengumuman, Khusus Hari ini Garuda Indonesia Kasih Diskon Gede-Gedean

Jekek menuturkan, kebijakan yang dinilai efektif itu akan dilanjutkan untuk menanggulangi Covid-19 di Wonogiri. Tentunya juga dibarengi dengan kebijakan pemerintah pusat yang saat ini masih berjalan, yakni PPKM mikro.

"Silahkan masyarakat menilai performa Satgas Covid-19 Wonogiri dalam menekan kasus. Dua hari lalu Komisi E DPRD Jateng berkunjung ke sini dan menyampaikan bahwa Wonogiri termasuk daerah yang penambahan kasusnya cukup rendah. Selain itu dianggap mampu menekan angka Covid-19. Kuncinya jika pemahaman kepada masyarakat tidak menggunakan strategi yang tepat, ya tidak bisa menekan kasus," kata Jekek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya