SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tempo hari, ketika menonton para wakil rakyat yang berebut bicara bersahut-sahutan dalam persidangan di Gedung Senayan, ingatan saya kembali melayang ke SMA Adhiluhur, Nabire, nun di daratan Papua. Selama berhari-hari mengalami irama pendidikan di sana, saban pagi saya pasti melewati papan pengumuman dekat pintu gerbang.

Di papan tersebut tertempel kertas bertuliskan “3 Prinsip, 1 Tuntutan”.  Salah satu prinsip yang menarik untuk disimak adalah “Satu bicara, yang lain mendengarkan.” Setiap siswa yang masuk lewat gerbang depan diharapkan membaca pesan penting tersebut. Mereka berulang-ulang membaca, kemudian hafal, lantas memahami, dan akhirnya membiasakan nilai-nilai (values) tersebut dalam keseharian. Pesan “Satu bicara yang lain mendengarkan”, pertama-tama disampaikan kepada siswa agar mau mendengarkan, terutama di dalam kelas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jika guru yang bicara, siswa yang harus mendengarkan. Sebaliknya, guru akan gantian mendengarkan jika siswa yang bicara. Inilah cara mengajari siswa agar mau mendengarkan siapapun yang bicara. Kemauan mendengarkan pihak lain yang berbicara juga memuat makna penghargaan, bukan upaya pembungkaman atau sekadar menyuruh diam. Mau mendengarkan pun perlu dibiasakan dan disampaikan berulang-ulang kepada anak-anak kita. Meskipun tidak gampang untuk melaksanakannya, toh mereka sejak dini diperkenalkan keutamaan mengenai penghargaan kepada pihak lain. Dalam kemudaannya, anak-anak kita mudah tergoda untuk berbicara sendiri, apalagi jika yang harus didengarkan tidak menarik di mata mereka.

Bercermin wakil rakyat
Ketika di kelas anak-anak kita menggeluti keutamaan untuk mau mendengarkan orang lain, tetapi di depan mata ada contoh nyata yang jauh dari isi pelajaran. Sebuah sidang wakil rakyat yang penuh sumpah-serapah, celetukan di sana-sini, teriakan-teriakan dengan nada tinggi, bahkan saling-serobot bicara, menjadi tontonan dan model buruk untuk anak-anak kita yang belajar bicara.

Anak-anak bisa menilai bahwa yang ditonton lewat televisi tersebut bukanlah model yang baik dan benar, tetapi bisa dipastikan ada yang mengendap dalam ruang batin mereka betapa dalam forum terhormat terjadi pengabaian tatakrama bicara.

Jika anak-anak masih bisa diajari oleh guru untuk belajar mendengarkan orang lain, para wakil rakyat sebenarnya dibantu oleh mikrofon untuk mengendalikan diri. Mikrofon di hadapan masing-masing anggota hanya bisa berfungsi kalau tombolnya dipencet dan tombol pada mikrofon yang lain dimatikan. Dengan kata lain, perangkat tersebut mempunyai sifat pemetaan terhadap pemakainya secara tunggal, atau maksimal enam mikrofon yang menyala bersamaan untuk forum wakil rakyat.

Setiap mengakhiri pembicaraan mesti yang bersangkutan memencetnya kembali agar orang lain bisa menggunakan mikrofon yang ada di hadapannya. Yang pasti, berhadapan dengan alat tersebut berlaku asas “Satu orang berbicara yang lain mendengarkan.”Saya membayangkan sang perancang perangkat di atas pastilah seorang yang demokratis. Rancangan mikrofon diterapkan dengan sopan-santun berbicara dalam forum, memahami atau mau tahu kebutuhan orang lain, disiplin dan mengendalikan diri. Orang lain yang berbicara perlu juga didengarkan sekaligus dipahami, menahan diri agar tidak menyerobot pembicaraan tanpa mikrofon, mematikan alatnya sendiri agar orang lain bisa menggunakan alat yang sama.

Betapa perangkat yang dirancang secara demokratis pun tidak ada artinya jika orang-orang yang di belakang mikrofon itu sendiri tidak ada niat baik untuk menghormati orang lain. Jadi, lebih mendesak untuk terus-menerus membiasakan anak-anak kita sejak dini menghormati orang lain lewat berbagai forum. Ah, para wakil rakyat mestinya perlu tahu bahwa anak-anak di Papua pun sudah memegang satu prinsip “Satu orang bicara yang lain mendengarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya