SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih/Istimewa

Solopos.com, SOLO — Film Parasite menjadi pembicaraan warganet beberapa waktu terakhir. Kata kunci ”Parasite” berikut turunannya seperti ”Parasite Oscar 2020, ”sinopsis Parasite”, hingga ”jadwal tayang Parasite” sudah lebih dari 320 juta kali diketikkan di kolom mesin pencari. Itu belum termasuk jejak pencarian di platform berbagi video Youtube.

Jauh hari Parasite ditayangkan di jaringan bioskop CGV Indonesia pada periode 24 Juni-14 Agustus 2019 alias 50 hari dengan menghimpun  450.000 penonton, rekor baru untuk film Korea di Indonesia. Masih banyak warga yang penasaran dengan film yang dirilis pada 13 Oktober 2019 dan hingga kini meraup US$165 juta (Rp2,2 triliun).

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Rasa penasaran warga ditangkap sebagai peluang bisnis. CGV menayangkan kembali Parasite mulai 16 Januari 2020 sejak film dengan pemeran Kang-ho Song, Sun-kyun Lee, dan Yeo-jeong Jo itu menyabet penghargaan selama 2019.

Film berbahasa Korea yang berjudul asli Gisaengchung ini sukses meraih Palme d’Or di Festival Film Cannes 2019, Film Berbahasa Asing Golden Globe Awards 2019, dua kategori di British Academy of Film and Television Arts (BAFTA), Screen Actors Guild Award untuk Outstanding Performance, serta masuk enam nominasi Oscar 2020.

Film karya Bong Joon-ho, 50, ini sukses meraih empat kategori pada Academy Awards ke-92 atau Piala Oscar. Kategori Skenario Asli Terbaik, Film Internasional Terbaik, Sutradara Terbaik, dan sebagai Film Terbaik mematahkan kemapanan industri film Hollywood.

Penobatan Parasite sebagai Film Terbaik pada malam penganugerahan Piala Oscar 2020 di Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (9/2) malam waktu setempat, adalah puncak puja-puji kepada film berdurasi 132 menit ini. Kritikus film menilai Parasite nyaris sempurna dari sisi cerita, sinematografi, lighting (pencahayaan), hingga scoring (tata musik).

Rating 8,6 dari rating tertinggi 10 di situs IMDb dan nilai 99% di Rotter Timatoes—dua situs review film yang kerap jadi jujugan pencinta dan kritikus film—adalah bukti nyata. Saya telah menonton film yang proses pembuatannya memakan waktu 77 hari (18 Mei 2018-19 September 2019) ini.

Pengalaman Pribadi

Kisah Parasite mewakili pengalaman pribadi sang sutradara yang pernah menjadi guru les di keluarga kaya. Di tangan Bong Joon-ho yang sangat mengidolakan Martin Scorsese (sutradara Shutter Island, Hugo, The Departed), Parasite tak sekadar film komedi satire, bumbu drama dan thriller kuat terasa.

Bong Joon berhasil membalikkan logika berpikir penonton. Scorsese dikenal berhasil memainkan emosi dan mengaduk logika penonton film. Shutter Island berujung pada batas kegilaan manusia dan berakhir dengan tanda tanya. Film Parasite memang tak seekstrem itu.

Penonton mendapat akhir yang sangat bijak bahwa kerja keras adalah jawaban untuk keluar dari kemiskinan meski ketidakadilan terjadi. Parasite adalah kisah keluarga miskin Kim Ki-taek bersama istri dan dua anaknya. Scene pertama film ini menjebak kita bahwa Parasite adalah komedi.

Parasite tak melulu menggambarkan kemiskinan. Film ini juga mempertontonkan orang kaya belum tentu bahagia, yang digambarkan oleh anak-anak Park Dong-in. Situasi bencana bagi orang miskin ternyata bagi orang kaya tak sama maknanya. Ada juga satire menyindir Presiden Korea Utara Kim Jong-un dengan kekuatan nuklir.

Sebenarnya ada benang merah antara Joker (film peraih dua Oscar) dan Parasite, sama-sama menggambarkan kondisi terpuruk yang bisa menjadikan orang berbuat apa saja. Joker menggambarkan orang jahat yang berawal dari orang baik yang tersakiti. Parasite bukanlah pembenar bagi orang miskin berbuat jahat. Saya tersentuh dengan dialog emosional antara ayah Kim dan putra sulungnya.

”Apakah rencana selanjutnya Ayah [ketika rencana mereka ternyata tak berjalan mulus]?” kata si anak sulung.

”Rencana yang tak pernah gagal adalah  kita tidak membuat rencana sama sekali karena ketika engkau membuat rencana, hidup tidak pernah berhasil mewujudkannya. Tanpa rencana, tidak ada yang bisa disalahkan dan jika sesuatu di luar kendali kita, itu pun tidak masalah,” ujar ayah Kim sambil menatap nanar tenda pengungsian.

”Maafkan aku atas segalanya  Ayah…,” kata anak sulung itu.

Bagi warga miskin harapan adalah sesuatu yang tabu. Cukup banyak situasi sulit dan rumit ketika mereka berusaha mewujudkan harapan dan terbentur kenyataan. Sineas Indonesia bisa belajar banyak dari film ini, setidaknya di antara 25,14 juta warga miskin di Indonesia (data Badan Pusat Statistik  Maret 2019)  ada kisah-kisah menarik yang layak difilmkan.

Bagaimana akhir Parasite? Yang jelas di luar rencana dan berakhir getir. Akhir dari kemiskinan bukanlah keputusasaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya