SOLOPOS.COM - Ilustrasi mudik Lebaran (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA--Kasus Corona harian bisa naik tajam jika warga nekat mudik Lebaran 2021. Tak hanya itu, angka kematian mingguan akibat Covid-19 juga bakal melonjak. Waduh!

Prediksi lonjakan kasus Corona harian naik tajam itu disampaikan Satgas Covid-19. Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Satgas Penanganan Covid-19 memprediksi akan terjadi kenaikan rata-rata kasus baru Corona hingga 119 persen apabila masyarakat tetap nekat melaksanakan mudik Lebaran 2021 pada bulan Mei mendatang.

"Ini prediksi dari tim Satgas, tim data dipimpin oleh Dewi [Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19] telah membuat simulasi, membuat asumsi, akan terjadi kenaikan rata-rata kasus harian antara 37-119 persen," ucap Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo,  seperti dikutip dari detikcom, Senin (29/3/2021).

Baca Juga: Gawat! Wanita Inggris Ini Lemas Saat Lihat Pria Tampan

Tak hanya itu, Doni juga menjelaskan jumlah kematian mingguan akibat Covid-19 di Indonesia akan meningkat sebanyak 6-75 persen apabila larangan mudik Lebaran 2021 tidak diberlakukan. Angka ketirisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) pun diprediksi meningkat hingga 43 persen jika masyarakat tetap nekat mudik.

"Kenaikan BOR 26,27-43,65 persen. Saat ini kita bersyukur bahwa bed occupancy rate untuk ICU dan isolasi sudah di bawah 50 persen, saya ulangi sudah di bawah 50 persen," kata Doni dalam rapat koordinasi Satgas Penanganan Covid-19.

"Hanya tinggal 2 provinsi yang di atas 50 persen dan 1 provinsi di atas 60 persen. Sekali lagi saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras, sehingga pasien di rumah sakit mengalami penurunan jumlahnya," bebernya.

Namun, kata Doni, semua pencapaian itu akan hilang apabila masyarakat tetap nekat melaksanakan mudik pada libur Lebaran Idul Fitri nanti. "Kemudian jumlah kasus mingguan kalau ini tidak ada pelarangan, maka akan ada peningkatan 8.000-40.000 kasus," ujarnya.

Doni sekali lagi menegaskan jika masyarakat tetap nekat untuk mudik, maka bukan hanya angka Corona harian yang naik. Tapi akan ada 100-700 orang yang meninggal akibat Covid-19 dalam sepekan.  Artinya, akan lebih banyak kasus kematian Corona karena rumah sakit kembali penuh.

Baca Juga: Awas, Jangan Sembarangan Pamer Sertifikat Vaksin Di Medsos!

"Kita ini semua pasti akan meninggal, tidak ada yang hidup seumur hidup. Tetapi, ini mempercepat kematian. Oleh karenanya, strategi dilarang mudik betul-betul dijadikan tema oleh seluruh pihak, instansi, lembaga, dan daerah," jelasnya.

Sementara Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan larangan mudik ini memang penting diterapkan untuk menekan kenaikan angka harian Corona. Akan tetapi agar bisa efektif, perlu diseimbangankan dengan upaya yang lain, termasuk mengurangi kerumunan.

"Ya kalau hanya larangan mudik tentu kurang efektif. Harus bersama-sama dengan upaya yang lain yang sudah bolak-balik disampaikan mengenai pakai masker kalau keluar rumah, sering-sering cuci tangan, jangan berkerumun, termasuk 3T, bersama dengan vaksin" terangnya, Jumat (26/3/2021).

Lagi-lagi, Profesor Zubairi mengingatkan pentingnya menjalankan protokol kesehatan. Menurutnya, keberhasilan penanganan pandemi akan tercapai jika upaya pembatasan mobilitas konsisten diiringi pelaksanaan protokol kesehatan.

"Larangan mudik kemudian bersama dulu disebut PSBB, sekarang PPKM, saya kira itu secara gabungan akan bermanfaat" bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya