SOLOPOS.COM - PKL yang menjual sate jamu dan rica-rica guk-guk (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR–Anda penggemar masakan olahan daging anjing, sate jamu guk-guk, rica-rica guk-guk dan lainnya. Data Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan) Karanganyar menunjukkan setiap hari konsumsi daging anjing di Bumi Intanpari mencapai 40 ekor.

Padahal anjing-anjing tersebut berasal dari wilayah yang belum bebas rabies.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Disnakan Karanganyar, Sumijarto, mengatakan penyakit rabies,tidak terdeteksi kasat mata. Usai menggigit manusia, jika anjing itu mati, baru bisa disimpulkan bahwa anjing itu terserang rabies.

“Virus penyebab rabies tidak dapat benar-benar mati jika cara memasaknya tidak benar. Virus ini mirip flu burung. Padahal, informasinya, orang yang gemar mengkonsumsi daging anjing memilih dimasak setengah matang. Terlalu beresiko, karena yang diserang virus ini adalah syaraf,” imbuhnya kepada wartawan Selasa (24/9/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Sumijarto menjelaskan dalam waktu dekat pihaknya bakal membuat surat edaran terkait penulisan materi jualan. Biasanya, mereka hanya membubuhkan tulisan sate jamu di depan warungnya.

“Menulis materi jualan harus jelas. Berjualan daging ini kan tidak ada larangan. Karena itu agar warga mendapat informasi jelas, materi jualan harus dituliskan,” ujar dia.

Petugas, jelasnya, mengambil 42 sampel daging anjing, dimana 30 diantaranya dikirim ke Balai Veteriner Yogyakarta.

“Ada kasus di Sleman dan Bantul. Akibat konsumsi daging itu, ada sejumlah warga di daerah Sleman dan Bantul yang terserang rabies dan meninggal. Disinyalir mereka makan daging anjing yang didatangkan dari daerah yang belum bebas rabies. Karena itu kami mengambil sejumlah sampel dari beberapa pedagang untuk diteliti apakah mengandung virus tersebut atau tidak,” terang dia

Kasus Rabies
Sebagaimana dikutip dari Viva, 98 persen kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing, lainnya disebabkan kucing dan kera.

Menurut dr Andi Muhadir, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2PB) dari Kementerian Kesehatan, gejala rabies pada manusia terbagi atas empat stadium: prodormal, sensoris, eksitasi, dan paralisis.

Stadium Prodormal (permulaan)

Pada tahap ini, tak ada gejala khusus penyakit rabies. Banyak yang menganggapnya sebagai infeksi virus biasa. Tanda-tandanya: lemah dan lesu, nafsu makan berkurang, demam, sulit tidur, mual dan muntah, sakit kepala berat, dan nyeri tenggorokan.

Stadium Sensoris (rangsangan)

“Di tahap ini, stadium sudah menyerang atau memberikan reaksi berlebih terhadap rangsangan sensorik,” kata Andi. Gejalanya berupa nyeri, timbulnya rasa panas dan kesemutan pada luka gigitan atau cakaran, serta meningkatnya perasaan cemas.

Stadium Eksitasi (gila)

Gejala perubahan fisik mulai terlihat. Seseorang yang terinfeksi rabies di tahap ini mulai berteriak, berlari, dan melompat-lompat. Ia juga menjambak rambut, takut air, cahaya, serta suara, berliur berlebihan, dan keluarnya cairan tubuh seperti air mata.

Stadium Paralisis (lumpuh)

Jika sudah parah, rabies bisa menyebabkan kelumpuhan. Ciri-cirinya: mulut menganga, dan lumpuh dari kaki hingga otot pernafasan sehingga sulit bernafas. Dalam empat sampai enam hari setelah gejala pertama muncul, seorang penderita bisa meninggal.

Pengobatan

Setelah mengetahui gejala-gejala rabies, seorang penderita harus langsung menangani sakitnya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan air bersih mengalir selama 15 menit. Tambahkan pula sabun atau deterjen. Lalu, bersihkan dengan antiseptik.

Selanjutnya, disarankan mendatangi pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk segera mendapat pengobatan medis. Di sana, penderita akan diberi serum anti rabies dan vaksin berkala.

“Ketika terinfeksi rabies, umumnya manusia akan disuntik serum dan vaksin sebanyak tiga kali setelah digigit dan dicakar,” ujar Andi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya