Solopos.com, KUDUS -- Jika pada umumnya, satai merupakan olahan daging yang diambil dari daging ayam, kambing atau sapi, berbeda dengan Satai Kudus yang diolah dari daging kerbau. Rupaya ada kisah menarik dibalik kenapa daging kerbau yang dipilih.
Ternyata kisah dibalik Satai Kudus ini ada kaitannya dengan cerita salah satu Walisongo, yakni Sunan Kudus, saat menyebarkan Agama Islam di daerah tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Melansir dari situs Okezone.com, Kamis (6/5/2021), Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Nadjib Hasan, mengatakan Sunan Kudus saat itu melihat masyarakat setempat sudah memeluk Agama Hindu yang menganggap hewan sapi adalah hewan suci dan haram untuk disembelih dan dikonsumsi.
Baca Juga : Ibu Katolik dan Ayah Buddha, Ini Cerita Dian Sastro Pilih Memeluk Islam
Oleh karena itu, untuk menghormati pemeluk Hindu, Sunan Kudus melarang para pengikutnya untuk menyembelih dan mengkonsumsi sapi agar tidak melukai para pemeluk Hindu saat itu. Sejak saat itulah masyarakat mengganti kerbau sebagai hewan konsumsi.
Nadjib menjelaskan bahwa hal itu dipakai Sunan Kudus saat itu sebagai strategi dakwah bahwa Islam juga mengajarkan kedamaian. Bahkan saat perayaan Idul Adha di mana umat Islam yang mampu harus melakukan korban, kerbau lah yang menjadi hewan korbannya, bukan sapi.
Hingga saat ini, masyarakat Kudus tetap memegang teguh larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi. Dan karena pegangan teguh ini, segala macam makanan berbahan dasar daging kerbau menjadi kearifan lokal Kota Kudus.
Baca Juga : Sianida Dijual Bebas di Marketplace, Segini Harganya
Salah satunya, Satai Kudus yang merupakan kuliner khas Kota Kudus yang menggambarkan kerukunan antarumat beragama. Dilansir dari situs Detik.com, tekstur daging kerbau itu dikenal lebih kasar dan rasanya sedikit lebih liat.
Hal ni dikarenakan daging kerbau memiliki banyak otot karena kerbau lebih banyak didayagunakan tenaganya daripada sapi sehingga ototnya lebih banyak. Namun salah satu penjual Satai Kudus, Pak Min menyuguhkan sajian Satai Kudus yang lebih enak daripada sapi.
Pak Min sudah berjualan sejak puluhan tahun maka tak heran jika warungnya selalu ramai. Warungnya buka sejak pukul 07.30 WIB dan setiap harinya, Pak Min menghabiskan sekitar 7 kg daging kerbau yang diolah menjadi satai.
Baca Juga : 3 Bus di Exit Tol Boyolali Diputar Balik: Tujuan Wonogiri & Solo
Mengingat jualannya sudah sampai puluhan tahun, tentu saja yang datang bukan hanya orang dari Kudus tetapi justru orang yang ada di sekitar Kudus. Aroma wangi asap satai kerbau tercium saat memasuki warung Pak Min yang sederhana itu.
Satai Kudus ini memiliki warna cokelat tua dan gelap karena sapuan bumbu rahasia yang kuat. Potongan dagingnya lebih besar daripada satai sapi. Sedangkan sausnya disajikan terpisah di meja saji. Jadi pembeli bebas meracik saus untuk satainya.
Satai Kudus ini memiliki rasa yang dominan gurih dan manis. Sausnya sendiri tidak terbuat dari saus kacang seperti pada hidangan satai pada umumnya, namun sausnya lebih bertekstur encer yang terbuat dari kacang tanah dan serundeng. Harga satu porsinya dijual Rp24.000 dan warung dengan nama Sate Kerbau Pak Min Jastro Nusantara ini berlokasi di Ruko K.H. Agus Salim, Kudus.