SOLOPOS.COM - Deputi Bidang Ekonomi Moneter BI Solo, M.Taufik Amrozy (dua dari kiri), meninjau klaster sapi perah milik Kelompok Usaha Peternakan Terpadu (KUPT) Sidomaju, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu (3/2/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Sapi perah Boyolali, peternak sapi perah di Samiran, Selo terus berupaya menaikkan volume produksi susu sapi.

Solopos.com, BOYOLALI--Peternak sapi perah di wilayah Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, terus berupaya menaikan volume produksi susu sapi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama dua tahun, peternak sapi perah di Desa Samiran Boyolali telah meningkatkan kapasitas produksi dari rata-rata 200 liter-300 liter per hari menjadi 800 liter per hari. Volume itu diperoleh dengan kapasitas produksi susu rata-rata hanya 18 liter/ekor/hari.

Dengan klaster pembibitan sapi yang saat ini sedang dikembangkan, peternak berharap kapasitas produksi susu sapi perah bisa meningkat menjadi 25 liter/ekor/hari. Salah satu upayanya adalah menciptakan bibit sapi perah yang berkualitas.

“Kenaikan produksi susu sapi ini tercapai, Boyolali akan menjadi wilayah penopang swasembada susu nasional,” kata Ketua Ketua Kelompok Usaha Peternakan Terpadu (KUPT) Sido Maju Desa Samiran, Kecamatan Selo, Sujud, saat berbincang dengan Solopos.com, di sela-sela Peresmian Kandang Komunal Pembibitan Sapi Perah Desa Samiran, Rabu (3/2/2016).

Sayangnya, upaya menambah populasi sapi perah berkualitas itu menemui banyak kendala. Usaha pembibitan sapi dinilai tidak menarik secara bisnis karena efisiensinya rendah dengan jangka pengembalian modal yang panjang. “Oleh karena itu perlu dukungan semua pihak untuk menciptakan iklim pembibitan sapi yang menarik, antara lain penyaluran kredit dengan bunga subsidi, subsidi pakan, pemberian insentif agar tidak memotong sapi betina, serta edukasi kepada peternak agar tidak menjual sapi pedhet,” papar Deputi Bidang Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Solo, M.Taufik Amrozy.

Peternak sapi perah di Samiran telah memanfaatkan kredit usaha peternakan sapi (KUPS) sejak 2014. BI melalui konsultan keuangan mitra bank (KKMB) telah memfasilitasi peternak untuk mengakses KUPS dari perbankan. Saat itu, peternak mendapat pembiayaan hingga Rp980 juta dan memperoleh induk sapi perah sebanyak 49 ekor. Saat ini, 49 ekor itu sudah bertambah populasinya menjadi 102 ekor.

“Oleh karena itu, produksi susu sapi perah saat ini sudah naik menjadi 800 liter per hari dari sebelum 2014 yang rata-rata hanya 300 liter per hari,” kata KKMB untuk KUPT Sidomaju, Aas Rohmat.

Peternak juga bisa memperbaiki harga susu. Jika pada 2010 harga susu hanya Rp2.100/liter, sekarang sudah naik menjadi Rp4.000/liter. Peternak dinilai mulai merasakan manfaat dari bisnis pembibitan sapi perah, terutama jenis friesian holstain.

Peternak diminta terus mempertahankan sapi perah yang berkualitas bagus. “Jangan gampang tergiur untuk menjual sapi perah yang produksi susunya bagus meski ditawar harga tinggi,” imbuh Kepala Dinas Peternakan Boyolali, Bambang Jiyanto.

Taufik menambahkan populasi sapi perah di Indonesia saat ini baru menguasai 20% kebutuhan susu nasional. Kondisi ini yang selalu menjadi alasan untuk membuka keran impor sapi. “Kami dorong agar peternak bisa swasembada susu. Kami bidik peternak di Boyolali karena populasi sapi perah Boyolali menguasai 72% populasi sapi di Jateng.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya