SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Solopos.com) – Kasus sapi mati mendadak karena dugaan serangan bakteri antraks, bacillus anthracis, kembali terjadi di Kabupaten Sragen. Kali ini antraks menyerang sapi milik Wakiman, 65, warga RT 17/RW V Pacingkerep, Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Selasa (7/6) malam.

Petugas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen, drh Agus Toto Tribuono, saat dihubungi Espos, Rabu (8/6) sore, menyatakan kematian sapi di Pacingkerep menunjukkan indikasi suspect antraks. Menurut dia, gejala kematian sapi itu sama dengan kasus kematian sapi sebelumnya di Desa Brojol dan Doyong Kecamatan Miri, Desa Sambiduwur Kecamatan Tanon, Desa Saradan Kecamatan Karangmalang dan terakhir kematian dua ekor kambing di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menduga kematian sapi di Pacingkerep disebarkan oleh lalat pengisap darah alias pathek. Dugaan Agus tersebut didasarkan pada banyaknya populasi pathek di lingkungan RT 17/RW V Pacingkerep. “Populasi pathek di daerah itu memang lebih banyak dibandingkan hari-hari sebelumnya. Hal itu didasarkan pada penuturan sejumlah warga setempat. Karena letaknya dekat daerah endemis, bisa jadi penyebaran bakteri antraks diduga ditularkan oleh pathek ini,” imbuhnya.

“Saya dan anggota tim kesehatan hewan langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) tadi (Selasa) malam. Sayangnya, sapi yang sudah mati itu malah disembelih warga. Kasusnya sama persis di Desa Saradan, Karangmalang. Untung kami cepat datang. Bangkai sapi langsung dimusnahkan dengan standar operasional prosedur (SOP) penyakit antraks,” tegas drh Agus Toto.

Proses pemusnahan bangkai sapi dilakukan sejak Selasa malam hingga Rabu (8/6) sekitar pukul 02.30 WIB. Dia mengatakan sejumlah sampel yang diambil di antaranya, darah, organ telinga dan tanah. Semua sampel tersebut dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) DI Yogyakarta pada Rabu kemarin.
Kematian sapi di Desa Ngadul ini, lanjutnya, berdekatan dengan desa endemis antraks, yakni Desa Brojol, Kecamatan Miri. “Ada enam warga yang perlu mendapatkan perhatian intesif karena mereka kontak langsung dengan bangkai sapi itu. Untuk antisipasi awal, keenam warga sudah diberi antibiotik. Sedangkan untuk penyuntikan hewan ternak akan dilakukan Sabtu (11/6) depan,” imbuhnya.

Tanpa tanda-tanda
Sementara itu saat ditemui Espos, Rabu pagi di kediamannya, pemilik sapi Wakiman mengaku tidak tahu penyebab kematian sapi yang telah dipeliharanya tiga tahun tersebut. Sebelum mati sekitar pukul 20.30 WIB, sapi yang tengah bunting delapan bulan itu tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit. Pola makan sapi, kata dia, juga normal.

“Tidak ada sama sekali tanda-tanda sedang sakit. Saya lihat sendiri sekitar pukul 17.30 WIB sebelum mati, sapi begitu lahap makan jerami,” ujarnya. Setelah memberi makan sapinya, Wakiman pergi ke luar rumah hingga pukul 20.30 WIB. Sesampai di rumah dia langsung memeriksa kondisi sapi namun malang ternak kesayangannya itu sudah mati dengan lidah terjulur keluar.

Lantaran penasaran, dia kemudian melapor kepada mantri ternak Kecamatan Sumberlawang, Riyanto, yang langsung datang ke lokasi. “Pak Riyanto langsung memeriksa bangkai sapi. Setelah itu bangkai kami bakar sebelum dikubur di pekarangan, sekitar 10 meter dari belakang rumah,” imbuhnya.

Wakiman menuturkan sapi yang dibeli satu paket dengan seekor anaknya senilai Rp 8,5 juta itu merupakan sumber gantungan hidup keluarga. Sebelumnya dia sangat menantikan kelahiran sapi sehingga bisa memberi kontribusi bagi keluarga. Utamanya, ujar dia, untuk biaya sekolah anak dan cucunya.
“Kalau ada bantuan dari pemerintah kami sangat bersyukur,” harap dia.

Guna memastikan tidak terjadi penularan bakteri antraks terhadap warga Pacingkerep, petugas kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen membagikan puluhan antibiotik. Petugas juga telah melakukan pemeriksaan klinis terhadap Wakiman dan keluarga.

Mantri ternak Kecamatan Sumberlawang, Riyanto, mengungkapkan ditemukan bintik-bintik merah pada dubur sapi yang mati. “Untuk kepastiannya kita tunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut. Pengawasan terus dilakukan di Pacingkerep karena banyak warga yang memelihara ternak,” papar dia.

kur/trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya