SOLOPOS.COM - Peternak di Desa Madu, Mojosongo, Boyolali, Triyanto, menyemprot mulut dan lidah ternaknya dengan citric acid yang dicampurkan air untuk mengobati luka-luka.(Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Peternak sapi di Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, kelimpungan lantaran hewan ternak yang mereka pelihara mengalami gejala mirip penyakit mulut dan kuku atau PMK. Kalangan peternak mengalami kerugian akibat kondisi tersebut.

Salah satu peternak di Desa Madu, Mojosongso, Boyolali, Triyanto, 40, mengungkapkan sepuluh sapinya memiliki gejala mirip PMK. “Para peternak sapi di wilayah kami kerugiannya besar sekali, dari pakannya saja sudah mahal. Sekarang makan enggak habis, otomatis kebuang,” kata dia saat dijumpai wartawan di kandangnya, Selasa (14/6/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pengamatan Solopos.com, gejala tersebut berupa sapi berliur dan mengalami luka di bagian kaki dan mulut. Lebih lanjut, Triyanto mengaku ada tiga sapi di kandangnya yang sempat bergejala parah. Ia pun segera memanggil dokter hewan untuk mengobati sapinya.

Ia mengaku, sekali suntik satu hewan dibandrol dengan harga Rp150.000. Namun, ia mengatakan tarif setiap dokter hewan berbeda. “Ada juga yang Rp80.000 per suntikan, mungkin tergantung obatnya. Dari Disnakkan [Dinas Peternakan dan Perikanan] Boyolali baru dapat sekali suntik, mungkin karena suspek di Boyolali banyak,” kata dia.

Selain mengundang dokter hewan, ia juga menjaga kebersihan kandang dan merawat luka sapi yang berada di mulut dan kuku sapi. Dalam sehari, ragat atau biaya perawatan yang dihabiskan untuk sapi-sapinya berkisar Rp50.000.

Baca juga: Duh Biyung, Ratusan Sapi di Desa Madu Boyolali Bergejala Mirip PMK

Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan perawatan seperti citric acid yang dicampurkan dengan air untuk disemprotkan ke mulut dan lidah sapi. “Untuk kaki saya kasih air garam, pakai air panas. Saya lap dan pel setiap pagi dan sore, kemudian saya kasih obat untuk mempercepat penyembuhan,” kata dia.

Sempat Tak Keluar Susu

Lebih lanjut, ia mengaku persebaran PMK di Boyolali berdampak pada usahanya. Dalam sehari, sapi perahnya biasanya dapat memproduksi susu sekitar 15 liter. Namun kini, kata Triyanto, sapi-sapinya hanya memproduksi tiga hingga empat liter, bahkan sempat sapi tidak keluar susu.

“Kami rugi produksi susu, rugi waktu, biaya, tenaga, dan peralatan. Produksi susu pun musim ini peternak sudah hancur-hancuran istilahnya,” kata dia.

Baca juga: Inilah 45 Desa Wisata di Boyolali, Desamu Termasuk Enggak Lur!

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Madu, Tri Haryadi, mengatakan kumulatif produksi susu sapi di desanya turun dari 500 liter per hari menjadi 100 – 150 liter per hari karena penyakit mulut dan kuku.

Ia juga mengungkapkan untuk harga sapi-sapi juga mengalami penurunan akibat PMK. Selain harga menurun, peminat sapi juga menurun. “Kalau harga sapi yang benar-benar sehat pasti naik karena langka. Tapi kalau yang sakit pasti turun. Untuk harga belum tahu berapa karena pasar hewan tutup sampai tanggal 20 Juni,” kata dia.

Diberitakan, sebanyak 80 persen ternak sapi di Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, memiliki gejala mirip penyakit mulut dan kuku atau PMK. Jumlah sapi mengalami gejala PMK tersebut mencapai 700 – 800an ekor dari total 1.000 sapi di desa tersebut.

Baca juga: PMK Merebak, Peternak Sambat Produksi Susu Sapi Boyolali Turun Drastis

Namun sapi-sapi tersebut belum dites untuk memastikan apakah positif terkena PMK atau tidak. Ihwal dugaan penyebaran PMK pada ternak sapi di Desa Madu tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Madu, Tri Haryadi, saat dijumpai wartawan di salah satu kandang warganya pada Selasa (14/6/2022).

“Jumlah ternak yang mati ada satu pedet [anak sapi], itu mungkin karena imunitasnya masih rendah. Kami semua mengalami kesusahan dan kesedihan karena [ada gejala] penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi di desa kami,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya