SOLOPOS.COM - Petugas kepolisian menunjukkan foto 10 orang anggota kelompok Santoso yang tertembak oleh Satgas Operasi Tinombala 2016 di Mapolda Sulawesi Tengah, Palu, Kamis (30/6/2016). Sejak dilancarkannya Operasi Tinombala di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Januari 2016 lalu, satu demi satu anggota kelompok Santoso berkurang karena menyerahkan diri, tertangkap hidup-hidup, hingga tertembak mati. (JIBI/Solopos/Antara/Basri Marzuki).

Santoso tewas setelah bertahun-tahun diburu aparat. Kepala BNPT pun punya tugas baru, yaitu mencegah kemarahan loyalis Santoso.

Solopos.com, JAKARTA — Anggota Komisi III DPR, Muhammad Nasir Djamil, mengapresiasi efektivitas Satuan Tugas (Satgas) TNI-Polri dalam Operasi Tinombala. Hal ini menyusul dilumpuhkannya sejumlah aktor utama kelompok teroris di Poso dan tewasnya pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso, menjadi buron utama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Langkah satgas ini perlu diacungi jempol, hal ini mengingat operasi penangkapan teroris di Poso ini telah dilakukan sejak 2012 dan harus menempuh wilayah yang sulit terjangkau. Tentu hasil ini bukan tanpa kerja keras tim Satgas yang sangat terlatih,” ungkap Nasir di Kompleks Parlemen, Selasa (19/7/2016).

Lebih lanjut, Nasir menilai operasi ini pasti dilakukan dengan sejumlah terobosan yang progresif. “Di tengah kelemahan undang-undang yang ada, Satgas mampu melumpuhkan kekuatan kelompok teroris yang selama ini sulit disentuh. Tentu ini dilakukan dengan terobosan yang luar biasa,” ujar politikus PKS itu.

Nasir merupakan anggota Tim Panitia Khusus Perubahan UU No. 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Namun demikian, Nasir mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi pelaksanaan operasi Tinombala yang dinilai cukup efektif ini.

“Dalam pekan ini, pansus itu akan melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah strategis dan pernah dilakukan operasi penangkapan teroris, kita akan catat dan analisis kelemahan pelaksanaan operasi selama ini dan hal apa saja yang perlu dicantumkan dalam perubahan Undang-Undang kedepan,” tuturnya.

Selain itu, Nasir mengatakan tewasnya Santoso dan anak buahnya, Mukhtar, oleh Satgas Tinombala ini merupakan tantangan besar bagi calon Kepala BNPT, Suhardi Alius, yang akan dilantik Presiden Jokowi hari ini, Rabu (20/7/2016). “Ini adalah pekerjaan rumah berat bagi Suhardi sebagai calon Kepala BNPT kedepan, perlu langkah strategis dalam mengantisipasi munculnya kemarahan dan teror dari loyalis Santoso akibat tewasnya sejumlah anggota kelompoknya.”

Kendati demikian, Nasir menilai,meski tak memiliki pengalaman yang kuat dalam pemberantasan tindak pidana teroris, dirinya yakin Suhardi Alius dapat bekerja cerdas dan memantapkan program dan kinerja BNPT kedepan. “Sebagai mitra Komisi III, BNPT akan selalu kami awasi terutama langkah strategis lainnya yg akan diambil pasca tewasnya pimpinan kelompok teroris Santoso ini” kata Nasir.

Nasir pun berharap, hasil yang diperoleh Satgas yang telah menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit ini dapat menjadi momentum penyelesaian persoalan teroris di Indonesia. “Meski dinilai berhasil menewaskan pimpinan kelompok teroris, kita tidak boleh lengah. Kita harus waspada dan perlu terus mengkritik penanganan tindak pidana terorisme oleh aparat penegak hukum,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya