SOLOPOS.COM - Anggota kepolisian bersenjata berjaga di depan Ruang Forensik setelah ambulans membawa dua jenazah terduga teroris yang ditembak mati di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (15/3/2016) lalu. Keduanya diduga anggota komplotan Santoso dan tewas tertembak mati setelah kontak senjata dengan aparat gabungan TNI-Polri di Pegunungan Talabosa, Lore Utara, Poso. (JIBI/Solopos/Antara/Basri Marzuki)

Santoso diduga tewas dan hampir dipastikan. Jenazah lain diduga bernama Muchtar, bukan Basri yang dipastikan kabur bersama 2 perempuan.

Solopos.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut satu jenazah lain yang dibawa bersama jenazah yang diduga Santoso, kemungkinan besar bukan Basri. Pasalnya, Basri diyakini kabur bersama dua perempuan saat terjadi baku tembak di Pegunangan Tambarana, Poso Pesisir Utara, Senin (19/7/2016) sore.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Dalam wawancara di Istana Kepresidenan Jakarta yang tayangkan live oleh Kompas TV, Tito menyebutkan kemungkinan satu jenazah bersama Santoso adalah Muchtar, salah satu anggota tim Santoso. Saat baku tembak, kedua orang ini bertahan sebelum tewas tertembak. Sedangkan Basri kabur bersama dua perempuan, yang satu adalah istrinya dan satunya lagi adalah istri Santoso.

Saya 95% kalau itu Santoso, dari tahi lalatnya. Tapi untuk yang satunya lagi bukan Basri, tapi diduga Muchtar, ini anak buahnya Santoso. Jadi mereka terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,” kata Tito.

Terkait Basri dan anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang masih tersisa, Polri telah mengetahui posisi mereka. Basri merupakan salah satu pucuk pimpinan MIT setelah Santoso.

“Saya harapkan segera turun, daripada bertahan di hutan-hutan lebih baik turun. Ini demi kepentingan yang lebih luas, untuk kondisivitas Poso. Apabila kooperatif, maka ada keringanan. Jadi yang kami perangi ini bukan orangnya, tapi perbuatannya,” kata Tito.

Kelompok MIT saat ini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama beranggotakan 16 orang dipimpin oleh Ali Kalora dan kelompok lain dengan jumlah yang sama bergerak di bawah pimpinan Santoso dan Basri.

Tito juga telah memerintahkan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri untuk memberangkatkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk melakukan identifikasi terhadap jenazah teror yang diduga adalah Santoso.

“Jadi sekali lagi jenazah ini sampai dengan sekarang belum dapat dikatakan itu 100 persen adalah Santoso,” tuturnya Kepala divisi Humas Mabes Polri, Boy Rafli Amar, Selasa (19/7/2016).

Boy mengatakan Polri akan terus melakukan upaya konfensional dengan mempelajari secara kasat mata ciri-ciri pelaku termasuk juga dengan mencocokkan foto yang dimiliki pihak Polri. “Ini masih belum akurat, kami masih memerlukan kerjasama tim DVI untuk identifikasi wajak dan tes DNA,” tutur Boy.

Sementara itu, lanjut Boy, Polri meski tengah mengidentifikasi jenazah tersebut, Polri akan tetap melanjutkan operasi terhadap jaringan teroris.

“Operasi terhadap jaringan teroris adalah program salah satu Polri jadi harus dilakukan selesai dan tuntas terutama adalah mengantisipasi tumbuh kembangnya teorisme di kawasan Poso,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya