SOLOPOS.COM - Pemilik Sanggar Garuda Kalaseba, Desa Karangwuni, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Sri Narendra Kalaseba (tengah, pegang pusaka) memimpin prosesi jamasan di sanggarnya, Selasa (19/9/2017). (Istimewa)

Sanggar Garuda Kalaseba Sukoharjo mengadakan jamasan dan kirab pusaka.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sanggar Garuda Kalaseba, Dukuh Karangwuni, Desa Karangwuni, Weru, Sukoharjo, dan warga sekitar menggelar kegiatan jamasan pusaka dan kirab pusaka untuk menyambut Muharam. Kedua kegiatan itu merupakan serangkaian kegiatan bertajuk Festival Suronan yang digelar 18-21 September 2017.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik Sanggar Garuda Kalaseba, Sri Narendra Kalaseba, dalam rilisnya, Rabu (20/9/2017), mengaku memimpin sendiri proses jamasan 957 pusaka terdiri atas keris, pedang, tombak dan sebagainya. Menurutnya, jamasan pusaka dilakukan Selasa (19/9/2017) dan peserta jamasan mengenakan pakaian kejawen.

“Tema festival setiap tahun berbeda dan tahun ini temanya Nasionalisme sehingga bendera merah putih sudah terpasang di kanan dan kiri jalan sepanjang pintu masuk kampung,” kata dia.

Menurut dia, selama festival digelar berbagai atraksi kesenian lokal seperti sajian kesenian karawitan Laras Madyo Paguyuban Keluarga Muslim Gesikan, Karangdowo, Klaten.

“Kesenian bagi anak muda juga ada yaitu Rock in Lesehan dengan menampilkan grup band lokasl seperti Trotoat Band, Mawar Merah dan DNA. Durasi tampil masing-masing grup selama 30 menit,” beber dia.

Menyinggung soal jamasan, Sri Narendra, menjelaskan jamasan bukan ritual keagamaan tetapi murni menjaga keawetan pusaka agar tidak berkarat.

“Pusaka dijamasi atau membersihkan dengan wewangian untuk menghambat karat. Caranya, pusaka diambil dari rangka lalu dicelupkan ke dalam air yang sudah diberi bunga dan wewangian. Selanjutnya rangka pusaka dibiarkan mengering lalu dimasukkan lagi ke dalam rangka atau tempat pusaka. Kirab pusaka direncanakan dilaksanakan besok [Kamis, 21/9/2017] dengan jarak tiga kilometer dengan start dari Balaidesa Karangwuni,” jelasnya.

Sementara itu, Sarwidi, warga setempat mengaku senang dengan kegiatan kesenian di desanya. “Saya senang karena bisa melihat dan mendengarkan aneka seni musik. Kegiatan festival juga bentuk pelestarian budaya sekaligus mengangkat perekonomian warga sekitar sanggar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya