SOLOPOS.COM - Tumpukan sampah di TPA Troketon, Kecamatan Pedan ditumpuk dan ditimbun menggunakan tanah, Kamis (24/2/2022). Ketinggian tumpukan sampah itu diperkirakan mencapai sekitar 5 meter. (Solopos/TAufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Warga Kaligawe, Kecamatan Pedan mengeluh bau tak sedap yang berasal dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Troketon, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Kondisi tersebut sudah terjadi selama tiga tahun terakhir atau sejak TPA Troketon beroperasi.

Ketua RW 07 Dukuh Pereng Blasinan, Desa Kaligawe, Agus Widodo, mengatakan polusi yang ditimbulkan dari TPA Troketon dirasakan warga di empat RW yakni RW 06, RW 07, RW 08, serta RW 09. Masing-masing RW setidaknya ada 500 jiwa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama tiga tahun terakhir, saban hari mereka merasakan polusi yang ditimbulkan. Terlebih ketima musim hujan tiba. “Saat musim hujan tiba sangat berbau,” kata Agus saat ditemui di sela kegiatan bakti sosial dan pemeriksaan kesehatan di Dukuh Pengkol, Kamis (24/2/2022).

Baca juga: Ketika Pria Bertato di LP Klaten Disuntik Vaksin Booster

Selain persoalan bau, dampak yang ditimbulkan dari TPA Troketon yakni banyaknya lalat. Belum lagi persoalan lindi atau cairan yang keluar dari tumpukan sampah. “Sampah belum sepenuhnya dilakukan filtrasi. Tanah hanya digali kemudian sampah ditimbun tanah. Yang dikhawatirkan, air lindi masuk ke mata air seperti sumur warga,” jelas dia.

Agus menjelaskan keluhan-keluhan itu sudah disampaikan ke anggota DPRD Klaten saat menggelar reses di Pedan. Selain itu, warga menyampaikan keluhan-keluhan tersebut ke OPD terkait dan camat setempat.

“Alhamdulillah dari Pak Camat menanggapi dan sampai ke DPRD serta bupati. Kemarin kami berharap bupati mengecek sendiri kondisi TPA Troketon dan ditindaklanjuti dengan kegiatan hari ini,” jelas dia.

Baca juga: Warga Semanggi Solo Ini Harus Kerja Pagi-Malam untuk Dapat Rp200.000

Agus mengatakan sudah ada pengambilan sampel air dari sumur warga oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) beberapa waktu lalu. Sampel air itu diteliti untuk memastikan tercemar atau tidak. Hingga kini warga belum menerima hasil pemeriksaan.

Agus meminta agar OPD yang mengelola sampah di TPA Troketon bisa mengelola sampah di TPA tersebut hingga tak menimbulkan polusi ke warga. “Kami minta ke OPD terkait sebenarnya apa yang dilakukan saat ini menyalahi prosedur. Dulu kan katanya IPSD [instalasi pembakaran sampah domestik] menjadi program utama. Kenyataannya belum ada. Hanya sebagian kalau ada sidak diolah, kalau tidak seperti biasa, hanya ditimbun,” kata dia.

Salah satu warga Dukuh Pengkol, Dadiri, menjelaskan rumahnya berada di kawasan paling dekat dan paling terdampak polusi TPA Troketon. Saban hari, dia merasakan dampak dari TPA Troketon mulai dari bau tak sedap hingga lalat dan berharap tumpukan sampah digeser ke barat.

Baca juga: Berawal dari Nongkrong, Anak Muda Jomboran Klaten Bikin Sedekah Sampah

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan sebelumnya memang ada keluhan dari warga sekitar TPA Troketon terkait dampak polusi yang ditimbulkan dari TPA tersebut. Keluhan itu lantas direspons dengan pengecekan langsung ke TPA Troketon.

Selain itu juga digelar bakti sosial dan pengecekan kesehatan secara gratis. Kegiatan itu digelar di Dukuh Pengkol sebagai dukuh terdekat dengan TPA Troketon. Di dukuh tersebut terdapat 137 keluarga atau 400 jiwa.

“Kami datang langsug dengan OPD untuk melihat secara langsung kondisinya seperti apa. Kami mengambil langkah cepat untuk meminimalkan bau dengan penyemprotan di kampung. Itu sudah kami lakukan dan akan dimaksimalkan. Bau dan lainnya itu muncul terutama setiap musim hujan. Akan kami cari cara atau obat agar baunya berkurang,” jelas Mulyani.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya