SOLOPOS.COM - James Logan (Arsip Nasional)

Solopos.com, SOLO — James Richardson Logan. Mungkin nama ini masih asing di telinga orang Indonesia. Padahal, laki-laki kelahiran Berwickshire, Skotlandia pada 10 April 1819 ini disebut-sebut sebagai pencetus pertama nama Indonesia.

Adalah Pramoedya Ananta Toer lewat buku Sedjarah Modern Indonesia yang diterbitkan di kalangan terbatas pada 1964, menyebutkan nama Logan sebagai pencetus pertama istilah Indonesia.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Dalam pengantar buku itu, Pram menjelaskan tentang apa itu Indonesia. Dia menulis, ”Sampai waktu yang lama Indonesia dianggap tjiptaan Bastian, sedang sebenarnja adalah tjiptaan Logan.”

”Pada mulanya Indonesia tidak lebih daripada sebuah istilah geografi, tapi dengan pasangnja gerakan kemerdekaan nasional non-koperatif kemudian mendjadi djuga istilah politik. Sebelum itu, mendjelang tutup abad ke-19, istilah ini telah djuga digunakan sebagai istilah hukum oleh Ir H van Kol dalam perdebatan-perdebatan di dalam Parlemen Belanda.”

Logan meninggal pada  20 Oktober 1869 dalam usia relatif muda yaitu 50 tahun karena malaria. Andreas Harsono merupakan salah satu penulis yang sempat menuangkat tulisan tentang sosok pencetus nama Indonesia ini.

Kisah tentang Logan itu dituangkan Andreas Harsono di laman pribadinya andreasharsono.net dengan judul Sebuah Kuburan, Sebuah Nama. Andreas datang ke Penang, Malaysia atau dulu orang Melayu menyebutnya Pulau Pinang untuk mencari makam James Richardson Logan.

Pada Oktober 2008 dia menelusuri makam ‘orang penting’ yang nyaris terabaikan dari perhatian orang zaman sekarang. Dia ditemani Francis Loh Kok Wah, profesor dari Universiti Sains Malaysia, Anil Netto seorang blogger, dan Himanshu Bhatt, wartawan.

Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, dia mendatangi permakaman yang berada di Jl Sultan Ahmad Shah. Atas petunjuk Francis Loh, Andreas berhasil menemukan makam yang berbaur dengan makam orang-orang lain yang beragama Protestan.

Di Penang, pemakaman orang Protestan dipisah dengan pemakaman orang Katolik. Makam itu adalah makam Logan bersaudara. James Logan dimakamkan berdampingan dengan saudaranya Abraham, yang dimakamkan sesudahnya.

Mereka adalah dua bersaudara yang datang ke Penang pada 1840. Pada waktu itu James yang menjadi pencetus nama Indonesia ini baru berumur 20 tahun.

Tahun 1842 mereka pindah ke Singapura, namun James kembali ke Penang pada 1853. Sekembalinya di Penang, pencetus nama Indonesia ini membeli dan menyunting koran Penang Gazette pada 1853.

Sementara itu adiknya yang ada di Singapura mendirikan koran Singapore Free Press. James meninggal dunia pada 1869. Kematian James yang menjadi pencetus nama Indonesia dianggap sebagai kehilangan besar bagi Penang.

Monumen Penghormatan

Warga Pulau Pinang pada waktu itu mendirikan monumen penghormatan untuk jasa-jasanya. Sifat-sifat James tertera dalam tugu memorial yang mencantumkan sifat-sifat mulianya, yakni temperance (kesederhanaan), justice (keadilan), fortitude (tabah, ulet), dan wisdom (bijak).

Pramoedya melihat Logan sebagai etnolog yang mencetuskan istilah Indonesia. Sebenarnya ada dua orang yang ‘terlibat’ mencetuskan nama Indonesia. Pertama adalah George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan.

Earl adalah orang yang menulis sebuah artikel dalam jurnal The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia Vol. IV pada 1850. Di halaman 71 jurnal itu dia menulis “the Malayunesian branch of this race”.

Di bawah halaman ditambahkan oleh dia catatan yang menjelaskan istilah itu. Dia mengusulkan nama baru bagi penduduk kepulauan Hindia dengan nama “Indu-nesians” atau “Malayu-nesians”.

Earl sendiri lebih suka dengan istilah yang kedua karena menurutnya istilah itu lebih memberikan penghargaan pada orang-orang Melayu yang telah menjelajah seluruh kepualauan sebelum orang-orang Eropa.

Logan berpendapat sedikit berbeda. Logan yang menjadi kepala redaksi majalah itu yang juga kolega Earl, bahkan yunior Earl saat masih kuliah, lebih memilih atau lebih suka dengan istilah Indonesia yang lebih praktis.

Dia lebih memilih “Indonesia” sebuah istilah geografi untuk membedakan dengan wilayah kepulauan ini dengan wilayah lain. Praktis, menurutnya karena lebih singkat ketimbang istilah panjangnya “Indian Archipelago”.

Di halaman 254 jurnal itu, Logan memilih Indonesia sebagai nama wilayah kepulauan, dan penduduknya menjadi orang-orang Indonesia. Penjelasan Logan adalah bagian dari uraian dia untuk menjelaskan wilayah keseluruhan “wilayah Hindia” atau “the whole Indian Region”.

Menurut pencetus nama Indonesia ini, wilayah itu meliputi bagian daratan yang dibagi dua oleh Teluk Benggala. Di bagian timur yang juga mendapat pengaruh dari India juga bagian dari keseluruhan wilayah ini.

Oleh karena itulah, Logan mengusulkan nama India, Ultraindia, atau Transindia, dan Indonesia. Jika digambarkan pada saat ini wilayah India bisa diartikan wilayah antara Pakistan dan India Utara, kemudian India Selatan beserta kepulauan di sekitarnya, dan Asia Tenggara.

Bila dihitung sejak jurnal itu diterbitkan pada 1850, nama Indonesia sudah berusia 169 tahun. Sayang jejak Logan, sang pencetus nama Indonesia ini lebih dikenang orang Penang dibandingkan di Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya