SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA – Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menjadi bahan perbincangan warganet saat mendampingi Capres Prabowo Subianto berpidato di kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (18/4/2019). Sandiaga saat itu terlihat lesu dan gugup.

Pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari menyebut Sandiaga Uno telah keluar dari kebiasaan yang selama ini tercermin dari dirinya sebagai seorang yang murah senyum.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sandiaga keluar dari base line. Base line adalah kebiasaan dia. Pertama, dia selalu smile dalam berkomunikasi. Dia sangat santai, gesture sangat natural. Biasanya beliau juga sangat spontan,” ujar Monica kepada Antara dalam sambungan telepon di Jakarta, Kamis malam.

Namun, kebiasaan tersebut menurut Monica tidak ditemukan saat deklarasi kemenangan, di mana Prabowo kembali mendeklarasikan kemenangannya versi real count internal BPN dengan perolehan 62 persen.

Dalam akun Instagram-nya, Sandiaga sempat mengunggah foto saat Prabowo datang ke kediamannya membawa kucing untuk menjenguknya. Monica menyebut kunjungan ini sebagai “diplomasi kucing.”

“Ketika kita lihat foto dari samping, Sandi mukanya lempeng, sementara istrinya mencoba lebih hangat kepada kucing Pak Prabowo,” kata Monica.

Kembali pada saat konferensi pers, Monica melihat ekspresi “sedih, marah, takut.”

“Terus, ini bukan gayanya, tangannya ikut ke belakang seperti anak buah. Tangan ke belakang artinya nurut,” ujar Monica sebagaimana dilansir Antara.

Dalam konferensi pers, Sandiaga juga terlihat cukup lama menatap skrip pidato Prabowo. Saat Prabowo menyebut UUD 1945, Sandiaga mulai batuk dengan menutup mulut atau buang muka ke samping kiri.

Adegan tersebut diikuti dengan Sandiaga mulai menatap ke audience dan meyapu audience saat Prabowo berbicara tentang partai-partai.

“Ada dua hipotesis, memang karena dalam kondisi sakit, bisa juga karena kaget,” kata Monica.

“Sandiaga Uno dalam tekanan berat. Tekanan atas apa? Bisa karena otoritas Prabowo, bisa karena tekanan pihak luar yang terlibat dalam pendanaan ajang Pilpres, bisa karena shock hasil quickcount,” sambung dia.

Setelah pidato Sandiaga Uno menarik napas panjang. Bahasa tubuh ini, menurut Monica berarti “yang penting lewat.”

Pada akhir pidato, tidak seperti biasanya, Sandiaga tidak berjabat tangan dengan Prabowo. Sandiaga juga tidak ikut meneriakkan takbir.

Sementara itu, Monica tidak melihat adanya perubahan bahasa tubuh dan ekspresi pada Prabowo.

“Sama seperti biasanya, seperti saat konferensi Ratna Sarumpaet, dan lain-lain. Tidak terlihat ada perubahan base line,” ujar Monica.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya