SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung mencuci tangan sebelum masuk Kantor Bank Jateng Sragen, Jumat (16/10/2020). (Solopos.com-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SOLO--Buku pedoman perubahan perilaku yang diterbitkan beberapa waktu lalu diterjemahkan ke dalam 75 bahasa daerah di seluruh Indonesia. Upaya ini diharapkan masyarakat setempat bisa memahami dan melaksanakan protokol kesehatan guna mencegah persebaran Covid-19.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof. E. Aminudin Aziz, mengatakan penerjemahan dalam waktu kurang dari tiga pekan itu menghasilkan 75 bahasa daerah dari target semula 34 bahasa daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Prosesnya sama seperti penerjemahan lainnya. Mula-mula naskah diperiksa apakah memenuhi kelaikan untuk diterjemahkan. Naskah lalu diberikan kepada tim penyunting yang tersebar di kantor atau balai bahasa di 30 provinsi. Mereka lalu mulai menerjemahkan ke dalam bahasa daerah.

Setelah jadi, hasil terjemahan itu diuji kepada para ahli bahasa setempat. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga menggandeng komunitas penutur bahasa daerah untuk menguji hasil terjemahan.

”Setelah diuji coba lalu mereka saya minta meyakinkan kembali apakah betul bahasanya sudah pas dengan yang dipakai dan dipahami masyarakat,” kata Aminudin, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Rabu (18/11/2020).

Tantangan terberat dalam penerjemahan pedoman perubahan perilaku yakni banyaknya dialek dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan istilah yang berbeda pula. Dalam bahasa Sunda misalnya ada Sunda Banten, Jawa Banten, dan tentu berbeda lagi dengan Cirebon.

Berkat Gol Pembeda Yannick Carrasco, Atletico Taklukkan Barcelona 1-0

Konsultasi dengan Ahli Kesehatan

Penggunaan istilah ini juga dikonsultasikan dengan ahli kesehatan termasuk ahli dari Satgas Penanganan Covid-19. Dengan demikian, kekeliruan pemahaman atas sebuah istilah bisa dihindari.

Atas kondisi ini, Aminudin memutuskan agar menggunakan istilah dengan komunitas penutur terbanyak. “Alhamdulillah 75 bahasa daerah yang kita miliki itu merepresentasikan dialek dengan penutur besar,” ujar dia.

Saat ini, urusan bahasa daerah menjadi tantangan sangat besar. Sebab, bahasa daerah berjumlah banyak sedangkan jumlah penutur asli bahasa daerah menurun di beberapa wilayah. Maka itu, penting adanya kesadaran untuk melestarikan bahasa daerah.

“Ini langkah bersama antara BNPB dengan kami dalam melestarikan bahasa daerah. Ini menjadi menarik dan menjadi pengalaman luar biasa. Ini menunjukkan bagaimana Badan Bahasa bisa bermanfaat untuk bangsa dan menjadikan Badan Bahasa semakin bermartabat,” tutur Aminudin.

Lebih Dipahami

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi, mengatakan penerjemahan buku pedoman perubahan perilaku penting lantaran berdasarkan hasil survei menunjukkan informasi mengenai Covid-19 lebih dipahami oleh mereka yang berada di perkotaan dan berpendidikan tinggi.

Penerjemahan ini juga penting untuk menjelaskan banyaknya istilah asing terkait Covid-19 mulai dari pandemi, virus, protokol, komorbid, dan lainnya. “Jadi banyak sekali istilah bahasa Inggris. Jadi masyarakat bukan tidak patuh tapi komunikasi kita dengan bahasa yang mereka tidak mengerti. Jadi tidak efektif,” kata Sonny.

“Oleh karena itu, kita harus pakai bahasa-bahasa yang mereka mengerti, mereka pahami, sehingga menangkap pesannya dan melakukan apa yang kita harapkan. Perubahan perilaku akan lebih efektif,” sambung dia.

Pengobatan Pasien Covid-19 Bisa Capai Rp446 Juta, Pencegahan Jauh Lebih Murah

Ia mencontohkan menjelaskan istilah “pandemi” kepada masyarakat Jawa dengan menyebutkan istilah “pagebluk”. Masyarakat Jawa mengenal “pagebluk” dan pernah mengalaminya pada 1918 yang mengakibatkan kematian 4 juta jiwa di Indonesia. Saat ada “pagebluk”, orang lalu makan makanan bergizi, berjemur dan lainnya.

“Ini jadi kesempatan kita untuk keluar dari pandemi ini. Butuh kebersamaan tapi dengan cara yang berbeda. Tidak mungkin semua strategi sama. Tujuan sama dengan cara yang berbeda. Dugaan kami akan lebih efektif ketika penutur asli menggunakannya,” tutur Sonny.

Tak hanya itu, perubahan perilaku juga memerlukan keteladanan. Berdasarkan survei yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan keteladanan menyebabkan seseorang itu patuh atau tidak terhadap protokol kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya