Solopos.com, Klaten -- Pemkab Klaten berencana membuka pasar online menyusul rencana dibukanya new normal di tengah pandemi Covid-19. Ada 40 pasar dengan 10.000 pedagang yang disiapkan melayani transaksi virtual.
Dalam pasar online itu, Pemkab Klaten mengemas komoditas dan para pedagang dalam sebuah web atau aplikasi khusus. Dengan demikian, ketika berbelanja, pedagang dan pembeli bisa megurangi kontak langsung.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
"Kami kerja sama dengan bank BRI untuk membuat web atau aplikasi khusus pasar. Semua pedagang kami masukkan web di masing-masing pasar beserta dagangannya apa saja," kata Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Pemkab Klaten, Bambang Sigit Sinugroho, sebagaimana dilansir Detikcom, Senin (15/6/2020).
Kendati ada pasar online, protokol kesehatan di pasar konvensional tetap dijaga. Pemerintah memasang spanduk sosialisasi itu di pasar-pasar.
Gokil Men! Mitsubishi Bakal Bikin Kapal Tanpa Awak
Bambang menjelaskan ada 40 pasar yang dikelola pemkab Klaten yang akan mengisi aplikasi itu. Keberadaan aplikasi akan mendorong transaksi dilakukan secara online.
Sedangkan, sistem pengantaran barang akan bekerja sama dengan pihak lain atau memberdayakan teman dan saudara pedagang.
"Rencananya semua pasar jumlahnya 40 dan nanti bertahap. Ini masih dalam tahap pendataan, termasuk nomor ponsel, WA [whatsapp] atau lainnya," terang Bambang.
Pasar Konvensional Tak Sepi
Bambang memastikan saat pasar online di Klaten mulai beroperasi, keberadaannya tak mematikan pasar konvensional. Sebab, pasar online hanya bersifat mengurangi kontak langsung antara penjual dan pembeli.
KPU Solo Ungkap Pilkada Tetap Butuh Sharing Anggaran Daerah
Bambang menyebutkan ada sekita 10.000 pedagang yang berjualan di 40 pasar itu. Pemkab Klaten masih mendata nomor ponsel pedagang.
"Saya yakin saat ini pedagang pegang HP. Jadi nanti per pasar aplikasi dan web-nya sehingga warga terdekat mudah mencari," pungkas Bambang Sigit.
Salah satu pedagang warung di kompleks Pemkab Klaten, Poniyem mengatakan pasar online terkendala bagi warga yag tidak memiliki ponsel. Alhasil, mereka akan tetap pergi ke pasar konvensional.
"Saya tidak punya ponsel kan repot. Anak saya yang punya tapi kalau biayanya mahal lebih baik ke pasar langsung," kata Poniyem.