SOLOPOS.COM - Suasana Annual Concert Lux Aeterna Vocal Ansamble bertajuk “A Christmas Potpourri” di GBI Bethel Area Salatiga, Jumat (9/12/2022) malam. (Istimewa/Humas UKSW)

Solopos.com, SALATIGA–Setelah absen menggelar konser onsite karena pandemi Covid-19, Lux Aeterna Vocal Ansamble (LAVE) kembali menghibur masyarakat lewat konser 5th Annual Concert Lux Aeterna Vocal Ansamble bertajuk A Christmas Potpourri, Jumat (9/12/2022) malam.

Selama kurang lebih hampir dua jam, LAVE menjadi penawar rindu penikmat musik di Salatiga dan sekitarnya.

Digelar di Main Hall Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bethel Area, konser LAVE yang dibagi menjadi 2 sesi ini dipenuhi penonton, baik di hall bawah dan atas.

Sesi pertama konser ini dibuka dengan penampilan Paduan Suara Anak (PSA) Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga dengan lagu Alelluia by W.A. Mozart.

Baca Juga: Fakultas Teologi UKSW Landaskan Kebersamaan untuk Kinerja Mutu Unggul

Mengenakan busana warna merah khas natal, PSA ini sukses menggugah atmosfer penonton untuk menikmati lagu-lagu natal.

Disesi pertama, LAVE menyuguhkan repertoar klasik Sinfoni (overtune) & Choral Works from Messiah Part One selama kurang lebih 30 menit.

Ada 6 choral pieces seperti And The Glory Of The Lord, And He Shall Purify The Sons Of Levi, O Thou That Tellest Good Tidings To Zion, For Unto Us A Child Is Born, Glory To God In The Highest, dan ditutup dengan His Yoke Is Easy.

Berbeda dengan sesi pertama, di sesi kedua penonton diajak untuk menikmati repertoar bernuansa pop dan jazz.

Lagu-lagu natal yang beberapa di antaranya membangkitkan kenangan natal waktu kecil sukses disuguhkan LAVE.

Baca Juga: Drama My Superhero Tomato SD Kristen Satya Wacana Ingatkan Pola Hidup Sehat

PSA GKI Salatiga kembali membuka sesi kedua dengan lagu Somewhere In My Memory. LAVE mengawali penampilannya di sesi ini dengan lagu This Christmas yang dinyanyikan dengan akapela, dan dirangkai dengan lagu-lagu chilhood christmas favourites seperti Frosty The Snowman, Santa Claus Is Comin’ to Town, Rudolph dan The Red-Nosed Reindeer.

Dipadu dengan koreografer yang minimalis tetapi “hidup”, LAVE sukses menghadirkan suasana natal di konser kemarin.

Tak ketinggalan lagu natal populer seperti White Christmas, Let It Snow! Let It Snow! Let It Snow dan variations on Jingle Bells ikut menghangatkan konser.

Di Pengujung konser, dirigen Agastya Rama Listyamengajak hadirin menyanyi bersama dengam lagu Ill Be Home For Christmas.

Baca Juga: Program Matching Fund, Dosen UKSW Ciptakan Aplikasi eRumputTernak

Penampilan apik LAVE dalam konser kemarin tak lepas dari andil Alilaqus String Chamber dari Yogyakarta serta Fine Anni 2.0 Band dari Salatiga yang mengiringi penampilan.

Ranco Paul Jairo Kraaijenbrink warga asal Belanda yang juga menjadi staf pengajar di UKSW ikut menonton konser ini kemarin.

Ranco mengatakan ini mengingatkannya akan konser serupa yang sering dijumpainya di Belanda.

“Bagus sekali konsernya, sound nya sangat bagus,” kata dia.

Baca Juga: Penampilan Pianis Belanda Yang Yang Cai Pukau Penonton di UKSW

Senada, Mezbah Herawati warga Salatiga yang ikut menyaksikan konser juga menyatakan kekagumannya.

“Mulai dari kostum, suara, penjiwaan sangat bagus. Mengingatkan suasana kampung halaman menjelang Natal,” ungkapnya.

Sementara itu, penonton lainnya Salsabila Gabriel mengatakan alur cerita dari pemilihan lagunya sangat runtut, berbeda dengan paduan suara lainnya.

“Disesi pertama ada lagu-lagu sakral lalu ada lagu pop modern di sesi kedua. Semuanya dikemas dengan koreografer yang minimalis tapi mengena. Puas melihatnya,” kata Salsabila yang datang dari Semarang bersama Ibunya, khusus untuk melihat konser ini.

Agastya Rama Listya, yang juga Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengatakan bahwa konser kelima ini digelar untuk merayakan hari jadi ke-7 LAVE sekaligus memperkenalkan repertoar klasik kepada masyarakat luas.

Baca Juga: FGD Fakultas Hukum UKSW & Badan Keahlian DPR Bahas 3 UU di Bidang Pendidikan

“Melalui konser ini kami melakukan edukasi kepada masyarakat tentang khazanah repertoar Klasik, salah satunya adalah oratorio Messiah gubahan George Frederich Handel,” kata dia.

Berbeda dengan konser sebelumnya, Agastya Rama Listya mengungkapkan keunikan dari konser ini adalah adanya perpaduan antara repertoar klasik di sesi pertama dan repertoar bernuansa pop dan jazz di sesi kedua.

“Kami menyadari bahwa perlu menyusun program acara yang sedikit “serius” pada bagian awal, dan ditutup dengan komposisi musik yang lebih fun, agar audiens belajar sekaligus terhibur,” imbuh dia.

Rekomendasi
Berita Lainnya