SOLOPOS.COM - Ilustrasi (gyorilikor.hu)

Ilustrasi (gyorilikor.hu)

Sejumlah warga Rusia nyata-nyata mempersiapkan diri terhadap kemungkinan berakhirnya dunia pada 21 Desember mendatang. Bahkan persiapan itu semakin kentara beberapa hari belakangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir thedailybeast.com, Selasa (11/12/2012), peningkatan permintaan kebutuhan pokok telah naik tiga sampai empat kali dari kondisi normal. Minuman vodka dan lilin bahkan sudah sulit ditemui di kota Chita dan Krasnoyarsk. Potensi kelangkaan juga terjadi pada komoditi soba, nasi, pasta, oatmeal dan garam.

Pernyataan Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, 7 Desember lalu seakan tak bisa menenangkan warga. “Saya tidak percaya pada akhir dunia,” tegasnya kala itu. “Setidaknya, tidak tahun ini.”

Menteri Rusia dari Situasi Darurat, Vladimir Puchkov, juga telah menegaskan tak ada alasan untuk panik.
Meski pemerintah telah dijamin, nyatanya sepertiga penduduk Rusia khawatir akan prediksi mengerikan, demikian jejak pendapat Levada Center Social.

Media massa dituding menciptakan rasa panik akan potensi berakhirnya dunia. Seorang warga, Mikhail Degtiarev, mengeluhkan program bincang-bincang yang selalu membicarakan akhir dunia.

“Alih-alih berbicara tentang bagaimana membersihkan salju….saluran TV populer mendedikasikan acara untuk akhir dunia,” keluhnya.

Televisi dan internet juga menyebarluaskan ramalan Tibet yang dikenal Oracke of Shambhala yang memprediksi dunia gelap gulita dan keheningan.

Pengusaha asal Moskow, Valentin Sveridov, 45, telah mengevakuasi istri dan putranya yang berusia tujuh tahun ke dacha milik teman masa kecilnya Alexander di luar St Petersburg. Dacha merupakan rumah negara yang memiliki ruang bawah tanah untuk menyimpan sayuran dan buah yang diawetkan.

Sveridov mengaku langkah “bertahan hidup” itu tak kali pertama dilakukan. Seusai perestroika pada 1993-1996, ia dan Alexander saling membantu memulai hidup baru. “Rusia dibuat untuk bertahan hidup,” tegasnya sembari memperlihatkan persediaan gas di bagasi mobilnya.

Soal vodka, minuman itu dinilai bagian dari kebangkitan setelah runtuhnya Uni Soviet. “Rubel kami tidak bernilai, tetapi botol vodka kami selalu baik untuk membayar semuanya,” kata Sveridov. Datang atau tidaknya kiamat, dia meyakini vodka tetap menjadi mata uang sejati Rusia.

Isu kepunahan generasi di Rusia memang bukan hanya kali pertama ini mengemuka. Generasi tua tentu ingat musim dingin di era Stalin yang diwarnai pembunuhan massal dan kelaparan. Kala itu negara Beruang Putih itu seusai mengalami Perang Dunia Kedua.

Hanya saja bagi generasi saat ini, isu kiamat memang lebih populer. Isu itu tumbuh subur ditengah tren pemuda di negara itu yang gemar mencari surga dengan meditasi dan yoga atau menyepi di goa.

Terlepas dari fenomena spiritual populer itu, tawaran akan layanan bungker juga terjadi. Yekaterina Samutsevitch, anggota band Pussy Riot yang baru bebas dari penjara juga mendapat tawaran.

“Seseorang memperkenalkan diri sebagai anggota gereja terakhir, menawarkan tiket ke bungker [jika saya ingin bertahan dari kiamat],” katanya.

Menanggapi tawaran itu, dia menegaskan suatu saat kiamat akan datang dan semua akan mati. “Saya lebih memilih untuk bersenang-senang sebelum itu terjadi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya