SOLOPOS.COM - Epsos/Ahmad Hartanto

Epsos/Agoes Rudianto

Makanan bercita rasa pedas bisa membuat penikmat kuliner kepedasan dan bercucuran keringat. Kadang ada pula yang tobat sambal, mengaku enggak makan pedas lagi tapi kemudian dilanggar karena kangen pedasnya. Selera pedas memang bikin ketagihan lidah. Banyak tempat makan yang sangat concern dengan selera pedas para konsumen. Bahkan dapat menghidangkan belasan aneka jenis sambal. Seperti Mr Samsam di utara kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang menyajikan 18 jenis sambal.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Menurut Manajer Mr Samsam, Hendra, belasan jenis sambal tersebut untuk memenuhi hasrat pedas para konsumen. “Pelanggan bisa pesan sambal lebih dari satu jenis. Lebih nikmat saat mencocol suwiran daging ayam ke berbagai jenis sambal,” kata Hendra, Kamis (8/3).

Hal itulah yang membuat unik tempat makan yang buka 09.30- 21.45 WIB. Dijamin bakal kepedasan dan meneteskan air mata.

Sedang di Warung Makan (WM) Spesial Pedas, yang membuat pedas adalah masakannya, tidak semata-mata sambal. WM tersebut hanya menyuguhkan lima jenis sambal yaitu sambal terasi, sambal bawang, sambal lombok ijo, sambal pete dan sambal tomat. Meski demikian, bumbu yang dihadirkan pun merepresentasikan nama dari warung makan tersebut, hampir semua berselera pedas. Pemiliknya, Yani, menuturkan sejak awal membangun bisnis usaha kuliner bercita rasa pedas.

“Suami suka masakan pedas, saya suka masak, jadi idenya dari situ. Pada 2007 buka usaha, dapat tanggapan baik dari masyarakat dan berkembang hingga sekarang,” kata Yuni saat ditemui Espos, Jumat (9/3).

Awalnya, usahanya meliputi masakan penyet, kini sudah berkembang dan melebar dengan menyajikan aneka sayuran khas Jawa, soto, rawon, oseng-oseng mercon, aneka sup dan lainnya. Pelanggannya pun tak hanya dari Solo, juga luar kota hingga luar pulau.

Epsos/Ahmad Hartanto

Satu lagi tempat makan pemuja sambal yaitu WM Spesial Sambal (SS) yang memiliki 57 cabang di 25 kota di Indonesia. Menurut pendiri dan pemilik SS, Yoyok, sambal menjadi satu cita rasa yang tidak lepas dari lidah orang Jawa. Anggapan orang Jawa suka manis, tuturnya tidak selalu benar. “Saya, ibu, adik, sekeluarga suka pedas. Dan saya rasa keluarga lainnya juga suka pedas,” kata Yoyok saat dihubungi Espos, Jumat. Bukti lainnya, sebagian besar pelanggannya merupakan orang Jawa.

Awal berdirinya SS yaitu saat Yoyok mendirikan warung tenda kaki lima pada 2002 di Jl Kaliurang Jogja. Waktu itu, ciri khas yang ia tonjolkan adalah aneka sambal, yang saat itu jarang ditemui di tempat makan di manapun. “Makanannya sama, ayamnya sama tapi yang membuat mereka suka adalah sambalnya,” kata Yoyok.

Sebelum membuka usaha, ia mencoba mengamati tingkah konsumen dan keluh kesan mereka. Jawabnya yaitu tidak ditemukannya sambal yang sejati, maksudnya, sambal yang memiliki cita rasa pedas, layaknya sambal asli.

“Berawal dari saya yang suka masak, suka utak-atik sambal dan saya sajikan waktu itu (2002) 11 jenis sambal di trotoar Jakal (Jalan Kaliurang) dekat UGM. Saat itu sambal rata-rata manis, padahal sambal kan pedas, saya buat yang pedas, ternyata banyak yang suka,” kisah Yoyok.

Hingga saat ini, ada 27 jenis sambal yang disajikan di SS di seluruh Indonesia. Ada lima besar jenis sambal yang jarang disajikan di tempat lain dan menjadi favorit pelanggan SS, yaitu sambal belut, sambal bawang, sambal teri, sambal terong dan sambal terasi. Di Solo, SS buka lima cabang di utara Kampus UMS, timur Kampus UNS, Jl Hasanudin, Serengan dan barat SMA Muh 1 Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya