SOLOPOS.COM - Gunung Merapi. (Okezone.com)

Solopos.com, SOLO — Apa sih perbedaan dari erupsi Gunung Semeru dan Gunung Merapi?

Dua gunung api aktif di Pulau Jawa baru-baru ini menjadi perhatian publik. Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) dan Gunung Merapi baru saja meluncurkan awan panas sejauh 2 km pada Sabtu (18/12/2021) petang.

Promosi Keren! BRI Raih Enam Penghargaan di PR Indonesia Awards 2024

Baca Juga:  Ini Dia Sosok TKI yang Dapat Warisan Rp1 Miliar dari Aktor Taiwan

Apalagi status Gunung Semeru dan Merapi kini juga sama-sama berada pada level III alias siaga.

Ekspedisi Mudik 2024

Lalu, apa sih perbedaan dari erupsi Gunung Merapi dan Semeru?

Baca Juga: Layangan Putus Episode 5: Saking Emosi, Kinan Tak Kuat dan Gebrak Meja

Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com dari video di kanal Youtube Galih Jati, yang kerap mengunggah tentang gunung api di Indonesia, pada Senin (13/12/2021), ada tiga perbedaan erupsi dari dua gunung yang kini sama-sama level siaga itu.

Galih mengatakan Gunung Semeru kerap mengeluarkan letusan-letusan kecil setiap saat. Hal ini berbeda dengan Gunung Merapi yang tidak mengalami letusan-letusan kecil.

Baca Juga:  Viral Video Jembatan Shiratal Mustaqim, di Mana Lokasinya?

Kemudian, erupsi Gunung Merapi akan mengeluarkan awan panas yang biasa disebut wedus gembel oleh masyarakat sekitar. Sementara di Gunung Semeru tidak ada nama khusus untuk menyebut awan panas tersebut.

Lalu, perbedaan ketiga dari erupsi Gunung Semeru dan Merapi terletak pada kubah lavanya. “Untuk saat ini Merapi membangun dua kubah lava yang sama-sama aktif dan terus tumbuh, sedangkan Semeru membangun satu kubah lava,” ucap dia.

Baca Juga: Kabar Mengejutkan dari Ivan Gunawan: Ngaku Punya Anak, Namanya Eqqel

Dia juga mengatakan kubah lava Gunung Merapi saat ini terlihat menggembung. Jika terjadi letusan, ditakutkan akan terjadi longsoran kubah, seperti yang dialami Gunung Semeru saat erupsi 4 Desember 2021 lalu.

Lalu, kenapa gunung api bisa meletus? Menjawab hal tersebut, Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman mengatakan ada tiga faktor.

Baca Juga: Ternyata Ini Awal Mula Munculnya Mitos Larangan Pacaran di Gunung Muria

Pertama, karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru. Jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit hanya bisa dideteksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya di situs resmi ITB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya