SOLOPOS.COM - Ilustrasi dana produktif. (Ilustrasi/Freepik).

Solopos.com, SOLO – Perusahaan pemberi pinjaman modal, Amartha, fokus pada peer to peer lending (P2P lending) untuk dana produktif yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM dan usaha akar rumput terutama perempuan.

AVP Marketing & PR Amartha, Rezki Warni, mengatakan bahwa perbedaan usaha P2P lending dengan pinjaman online (pinjol) adalah peruntukan dana. “Ada P2P lending yang tujuannya memenuhi keinginan konsumtif dan itulah yang melahirkan fenomena pinjol di masyarakat,” ujar Rezki saat wawancara dengan Solopos.com secara daring via gmeet, Rabu (31/5/2023).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini Amartha telah ada di 24 provinsi di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi dengan total mitra 1,7 juta UMKM dan total pendanaan mencapai Rp12 triliun. Amartha memberi pinjaman modal kepada UMKM dimulai Rp3 juta dengan masa tenor setahun.

Rezki juga menjelaskan bahwa hanya peminjam kelompok yang dapat difasilitasi oleh Amartha. Anggota kelompok sebanyak 15-25 orang.

Usaha yang dimulai sejak 2010 di Bogor, Jawa Barat, itu lahir dari keinginan perempuan desa memberdayakan diri dan gotong royong bersama tetangga mereka. Itu sebabnya, target pemodalan Amartha adalah gerakan UMKM dari perempuan dan ibu-ibu di desa. Satu kelompok mendapatkan latihan per pekan.

Mereka juga membayar utang modal mereka ke Amartha setiap pekannya. Rezki mengatakan pelatihan yang diberikan antara lain literasi keuangan, serta pelatihan melengkapi informasi UMKM masing-masing.

Langkah Amartha meminjami modal produktif kepada kelompok usaha ini mereka namakan Tanggung Renteng. Rezki mengatakan Amartha berkomitmen meningkatkan pemberdayaan dan taraf hidup perempuan-perempuan di desa.

Hal ini karena saat ini ada 30 juta UMKM yang belum memiliki permodalan. Data tahun 2021 menunjukkan mereka masih memerlukan dana US$40 juta.

Rezki mengatakan banyak UMKM tidak lolos BI checking atau Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) checking karena kurangnya informasi pemilik usaha maupun pelengkap data mengenai usaha mereka. Itu sebabnya tim Amartha menurunkan sebanyak 8.000 orang di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi yang bisa membantu para perempuan mendapatkan credit scoring yang baik agar lolos BI Checking.

Amartha juga membuka peluang bagi siapapun menjadi investor dengan pemodalan minimal Rp100.000. “Ini namanya impact investing dengan sistem crowd funding yang membuat masyarakat saling membantu masyarakat lainnya,” ujar Rezki. Dia menambahkan Amartha memiliki aplikasi yang menunjukkan masing-masing UMKM credit scoring mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya