Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Suatu malam, di kampung mereka ada seorang warga yang punya hajat dan Pak Kiai diundang untuk mengisi pengajian sekaligus membacakan doa. Kebetulan di situ juga ada Jon Koplo dan Tom Gembus yang bertugas sebagai sinoman.
Ketika acara belum selesai, terlihat Pak Kiai beranjak dari tempat duduknya. Begitu melihat Pak Kiai berpamitan pulang kepada tuan rumah, Jon Koplo memberi tahu Tom Gembus, “Mbus, Pak Kiai kondur. Ayo salaman!”
“Kamu salaman sana, aku tak merampungkan pekerjaan dulu,” sahut Tom Gembus.
Jon Koplo langsung berlari mendekat ke Pak Kiai dan menyapa, “Badhe kundur, Pak Kiai?”
“Iya Plo, tak mulih disik. Awakku lagi masuk angin.”
Jon Koplo pun menyambar tangan Pak Kiai untuk bersalaman sekaligus menciuminya.
Namun beberapa detik kemudian, Koplo kicat-kicat hidungnya kepanasan.
“Ngapa, Plo?” tanya Gembus melihat temannya kebingungan.
“Asem-ik! Bar ngambung astane Pak Kiai, irungku puanas banget Mbus! Mau Pak Kiai ngendika lagi masuk angin, mesthi astane bar dinggo nggosok balsem.”
Mendengar itu, Tom Gembus ngekek, “Ra papa Plo, ganjarane tambah akeh!”
Darojat, Sedahromo Lor No 36 RT 1/RW VII Kartasura, Sukoharjo