Gara-gara kurang fasih berbahasa Jawa, Gendhuk Nicole, seorang anak kecil yang baru setahun tinggal bersama kedua orangtuanya di pinggiran kota Solo ini mambuat geger keluarganya. Suatu ketika, Si Gendhuk yang sedang sendirian di rumah karena ditinggal orangtuanya jagong ditelepon budenya.
”Oh, Budhe Cempluk. Ada apa Budhe? Bapak sama Ibu baru jagong. Kalau ada pesan nanti Gendhuk sampaikan,” begitu jawabnya.
Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan
”Oh, bapak-ibumu nggak ada ta? Kalau begitu nanti tolong sampaikan ya, Mbah Putri Jogja gerah paningal (sakit mata), ya wis ya Ndhuk, hati-hati di rumah,” ujar Lady Cempluk mengakhiri pembicaraan.
Tak lama kemudian, kedua orangtua Gendhuk datang.
”Pak, tadi Budhe Cempluk telepon, terus bilang kalau Mbah Putri Jogja meninggal,” terangnya kepada Jon Koplo, sang ayah.
Karuan saja Jon Koplo kaget. Mungkin karena saking paniknya, Jon Koplo langsung menghubungi semua kerabatnya mengabarkan berita kematian ibunya. Lalu mereka sekeluarga segera menuju ke Yogya, tempat Mbah Putri tinggal.
Namun betapa kagetnya Jon Koplo ketika mendapati ibunya ternyata masih waras-wiris duduk di kursi goyang. Koplo bingung sekaligus lega. Lalu ia segera Lady Cempluk agar datang ke rumah Mbah Putri.
Ketika Cempluk datang, Jon Koplo langsung bertanya, ”Mbak, maksudmu piye ta? Ibu sehat-sehat saja kok dikabarke meninggal?”
”Lho? Tadi aku nggak bilang begitu kok,” elak Cempluk.
Jon Koplo langsung memanggil anak semata wayangnya.
”Ndhuk, tadi Budhe bilang apa waktu telepon sama kamu?” tanya Koplo.
Dengan polosnya Gendhuk Nicole menjawab, ”Tadi Budhe Cempluk bilang kalau Mbah Putri Jogja gerah terus meninggal…”
Mendengar jawaban Gendhuk, meledaklah tawa seisi rumah termasuk Mbah Putri yang langsung nguyek-uyek kepala Gendhuk Nicole. Kiriman Noverita Siska Pratiwi, Gondang RT 03/RW I, Manahan, Banjarsari, Solo 57139.