Salah orang

Sudah lebih dari 25 tahun Lady Cempluk tidak mengikuti tradisi nyadran di Cepogo. Maklum, warga Boyolali kota ini selepas SMA langsung kuliah dan kerja di Jakarta. Maka diputuskan tahun ini. Cempluk akan liburan ke Cepogo bersama suami dan anak-anaknya, sekaligus mau reuni dengan Jon Koplo, teman akrabnya waktu SMP dulu.

Begitu menginjakkan kaki di Cepogo, Cempluk merasa sudah sangat asing dengan kota kecamatan itu karena keadaannya sudah berubah total. Ia hanya niteni rumah Jon Koplo dari Pasar Cepogo masuk gang ke arah timur, setelah itu ia sudah tidak hafal lagi. Sambil capet-capet mengingat, akhirnya Cempluk berspekulasi masuk ke rumah orang yang diyakini rumah Jon koplo.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

“Saya temannya Jon Koplo, Pak. Sudah lama tidak berjumpa,” kata Cempluk pada Tom Gembus, salah seorang anggota keluarga di rumah itu.

“Oh, silakan ditunggu, Mbak. Kebetulan Jon Koplo baru saya suruh belanja ke pasar,” kata Gembus.

Sebagaimana halnya tradisi nyadran di Cepogo, aneka macam hidangan tersedia di meja tamu. Lady Cempluk dan keluarganya pun dipersilakan makan nasi dengan lauk pauk yang amat komplet, ada kare, sate, rendang, sop, sambel goreng dan sebagainya.

Setelah acara makan besar usai, Jon Koplo baru datang. Nah, di sinilah masalah muncul. Jon Koplo yang baru datang tersebut ternyata seorang anak baru gede yang masih SMA, sementara Lady Cempluk sudah berumur hampir 40 tahun, mana mungkin mereka sudah bersahabat lama.

“Lho maksud saya bukan yang ini orangnya. Teman saya Jon Koplo itu sudah seumuran saya,” terang Cempluk kaget.

“Oh, kalau begitu salah, Bulik. Yang njenengan maksud pasti Pak Jon Koplo yang arsitek itu ya? Rumahnya dari sini masih ke timur sekitar satu kilo meter,” jawab Koplo yang membuat Cempluk kisinan.

Sambil klincutan mereka pun segera berpamitan karena selak kewirangan, sudah telanjur kenyang bul keliru orang.

Sudaryanto, Mojosongo, RT 1/RW XXXIV, Mojosongo, Jebres, Solo