SOLOPOS.COM - Kawasan sekitar Jembatan Mojo, Pasar Kliwon, Solo, yang konon merupakan kota pelabuhan di pinggir Sungai Bengawan Solo pada abad ke-19. Foto diambil Sabtu (21/5/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Jembatan Mojo, Solo, Jawa Tengah, yang sebentar lagi akan direhabilitasi ternyata sakral karena termasuk bangunan bersejarah.

Hal ini diungkap oleh budayawan dari Kecamatan Pasar Kliwon, KRT Joko Wiranto. Dia mengatakan jembatan yang menghubungkan Kota Solo di Pasar Kliwon dengan Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo ini terdapat bangunan bersejarah, yakni gapura Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Karena kesakralan itu, dia meminta untuk tidak berbicara sembarangan ketika ada di Jembatan Mojo, termasuk saat proyek rehabilitasi berlangsung.

“Hati-hati dalam berbicara karena dulunya [Jembatan Mojo Solo] tempat sakral. Imbauan saya berbuat dan berbicara santun [selama proses pembangunan]. Kalau tidak yang rugi teman-teman sendiri,” jelas dia, Selasa (7/6/2022) petang.

Baca Juga:  Daftar Zonasi PPDB 2022 SMP Negeri di Solo, Buruan Dicek ya!

Dia juga meminta pihak terkait untuk meminta izin serta menjaga sopan santun selama proyek rehabilitasi jembatan tersebut berlangsung.

“Kalau sudah berbicara keraton paling tidak di sana mau membangun kula nuwun dulu. Di sana merupakan tempat ada yang reksa, menunggu, ngopeni [merawat],” jelas dia.

Baca Juga: Segini Harga Sneakers Teguh Prakosa Saat Jadi Plh Wali Kota Solo

Oleh karena itu, Joko menyarankan sebelum proses rehabilitasi Jembatan Mojo Solo dilakukan, diawali terlebih dahulu dengan bancakan atau memetri, minimal dengan jenang merah, jenang putih, dan kembang tujuh rupa.

“Jenang abang dan jenang putih bermakna mengembalikan segala sesuatu pada asal muasal. Jenang abang nyimpang, jenang putih nyingkrih,” ujarnya.

Baca Juga: Benarkah Lawu Gunung Tertua di Pulau Jawa?

Misteri Jembatan Mojo Solo

Dikenal sakral, ternyata Jembatan Mojo menyimpan kisah misteri yang legendaris. Menurut pengelola akun Instagram @misterisolo, jembatan yang dibangun pada 1985 ini dihuni oleh dayang.

Hal ini dikarenakan Jembatan Mojo Solo dibangun di daerah tepian sungai yang dekat dengan tempuran–pertemuan dari dua buah sungai yang menjadi sungai utama.

Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ini Beda Angkringan, Hik dan Wedangan

“Konon, masyarakat Jawa kuno percaya bahwa di setiap tempuran Bengawan Solo dihuni oleh dayang yang dipelihara oleh orang sakti untuk menjaga desa. Sampai sekarang banyak tetua kita percaya bahwa orang yang tenggelam di tempuran dikarenakan akibat tindakan tidak sopan ketika berada di sana. Sebaliknya di tempuran juga banyak orang yang dibantu untuk mencari ikan ketika sudah kula nuwun dahulu sebelum memancing di daerah tersebut,” ungkap dia.

Bukan hanya itu saja, area di bawah jembatan ini merupakan tempat yang digemari makhluk halus untuk tinggal sementara. Namun, mereka jarang menempati tempat ini secara permanen.

Baca Juga:  Makamnya Ada di Puncak Gunung Sumbing, Siapa Ki Ageng Makukuhan?

“Kebanyakan hanya untuk singgah sementara. Meskipun begitu ada beberapa sosok yang dipercaya sebagai penunggu asli kretek ini. Salah satunya ada sosok gendruwo besar yang bersemayam di pohon besar yang terletak di bawah timur jembatan. Sosok ini merupakan sosok yang jahil karena sering menampakkan diri untuk menakut-nakuti orang di lokasi sekitaran jembatan ini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya