SOLOPOS.COM - Sejumlah lampion perdamaian terbang menghiasi langit di atas candi Borobudur pada puncak perayaan Tri Suci Waisak tahun 2012/2556 BE di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Magelang, Jateng, Minggu (6/5/2012) malam. (Foto Antara)

Solopos.com, MAGELANG — Hari Raya Trisuci Waisak adalah perayaan umat Budha yang memperingati tiga peristiwa penting, yaitu lahirnya sang Budha Sdharta Gautama, panggilan sang Budha dan wafatnya sang Budha. Di Indonesia, perayaan Hari Raya Trisuci Waisak dipusatkan di Candi Borobudur yang ada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Perayaan Hari Raya Triusuci Waisak ini juga telah menjadi daya tarik wisata di Candi Borobudur. Biasaya para wisatawan akan menantikan diterbangkannya ribuan lampion ke langit sehingga tampak indah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun sebelumnya, ada beragam tahapan ritual yang harus dilakukan oleh umat Budha. Berdasarkan penelusuran Solopos.com, Kamis (12/5/2022), pada hari-H, ritual Waisak di Candi Borobudur diawali dengan berkumpulnya umat Budha di Taman Lumbinim, kompleks Taman Wisata Candi Borobdur. Mereka biasanya mengawali dengan kegiatan bakti sosial yang dipimpin oleh Walubi, organisasi umat Budha di Indonesia.

Namun jauh sebelum itu, para umat Budha beberapa hari sebelumnya sudah melakukan beberapa ritual, di antaranya mengambil aiur suci dari mata air di Jumprit, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Air ini kemudian disimpan ke dalam Candi Mendut yang lokasinya tidak jauh dari Candi Borobudur.

Kemudian ritual yang kedua adalah menyalakan obor Waisak dengan mengambil api dari Api Abadi Mrepen, di Desa Mrepen, Kabupaten Grobogan. Api ini juga akan disimpan di Candi Mendut terlebih dahulu. Lalu ada ritual Pindapatta, ritual di mana para biarawan Budha menerima persembahan makanan dari para umat Budha.

Baca Juga: Hari Jadi Kota Magelang, Pagelaran Wayang Digelar di 10 Kampung

Pada ritual ini, biarawan akan berjalan menunduk sambil membawa mangkuk yang nantinya akan diisi oleh umat secara sukarela. Filosofi ini bermakna memberi dan menerima. Kemudian dilanjutkan para Biksu dan jemaat memulai upacara dengan berdoa di Candi Mendut dan berjalan kaki menuju Candi Borobudur sambil membawa api abadi, air suci dan simbol Budha yang telah dijaga ketat di Candi Mendut dan semuanya itu akan diletakan di altar utama yang telah disiapkan pada sisi barat Candi Borobudur.

Lalu ada ritual Pradaksina, ritual sembayang dengan bergerak searah jarum jam. Pada ritual ini akan dinyalakan lilin dengan diiringi nyanyian Puja Ghat Visaka oleh para umat. Terakhir dan yang dinantikan oleh semua umat dan pengunjung Candi Borobudur pada saat perayaan Waisak adalah pelepasan lampion ke langit.

Baca juga: Kirab Hari Raya Waisak, Polres Magelang Bakal Lakukan Pengalihan Arus

Sebelum melepaskan lampion, para umat akan berdoa kepada Tuhan dan kemudian lampion dilepaskan dengan dipimpin para Biksu. Setiap tahunnya, ribuan lampion yang terbuat dari kertas diterbangkan hingga menghiasi langit malam sehingga terlihat seperti kumpulan rasi bintang.

Pada perayaan Waisak sebelum Pandemi, pelepasan lampion ini dilakukan dengan menggunakan lampu LED sehingga terlihat lebih indah. Setelah ritual selesai, acara perayaan Waisak di Candi Borobudur biasanya dilanjutkan dengan pertunjukan seni dan budaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya