SOLOPOS.COM - Ilustrasi suhu udara yang panas (IST)

Solopos.com, SOLOSuhu panas yang cukup ekstrem di Qatar memicu pemerintah memasang AC atau pendingin udara di beberapa tempat terbuka. Suhu udara di negara tersebut bahkan mencapai 46 derjat celcius.

Dilaporkan Detikcom, Minggu (27/10/2019), pendingin udara raksasa bahkan juga telah dipasang di trotoar dan pasar terbuka. Pendiri Organisasi Teluk untuk Penelitian dan Pengembangan, Yousef Al-Horr mengatakan cuaca panas membuat orang tak mampu beraktivitas normal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Jika pendingin udara dimatikan, keadaannya akan sangat tak tertahankan. Anda tidak dapat beraktivitas secara efektif," ujar Yousef al-Horr kepada The Washington Post.

Sementara itu, direktur peneliti senior di Institut Penelitian Lingkungan dan Energi Qatar, Mohammed Ayoub, mengatakan beberapa kota yang berkembang pesat di seluruh Timur Tengah diramalkan tidak akan bisa lagi dihuni.

Ekspedisi Mudik 2024

"Kita berbicara tentang kenaikan suhu 4 hingga 6 derajat Celsius di daerah yang suhunya sudah tinggi," kata Ayoub. Bahaya akutnya lebih disebabkan oleh kelembaban. Ketika kelembaban sangat tinggi, penguapan dari kulit melambat atau berhenti.

"Jika udara panas dan lembab, dan kelembaban relatif mendekati 100 persen, Anda bisa mati karena panas yang Anda hasilkan sendiri," kata Jos Lelieveld, dari Institut Kimia Max Planck di Jerman.

Temperatur udara di Qatar telah meningkat lebih dari 2 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri. Ini karena sifat perubahan iklim yang tidak merata dan lonjakan konstruksi yang turut mempengaruhi iklim di ibu kota Doha, kata para ilmuwan.

Sebuah televisi Jerman melaporkan adanya ratusan kematian di kalangan pekerja asing di Qatar dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mendorong penerapan peraturan baru terhadap pekerjaan di luar ruangan.

Pemerintah Qatar mengatakan bahwa Piala Dunia akan diselenggarakan dengan jejak karbon netral, dan baru-baru ini meluncurkan rencana untuk menanam sejuta pohon. Ide ini dikecam oleh beberapa pakar dan dianggap tidak realistis.

Kekhawatiran jika penggemar sepak bola yang berkunjung ke negara itu pingsan atau bahkan mati akibat udara panas mendorong Qatar menunda penyelenggaraan Piala Dunia selama lima bulan.

Pendingin Udara Hasilkan Karbon Dioksikda

Pendingin udara mungkin hanya solusi sementara bagi Qatar karena listrik di Qatar berasal dari bahan bakar fosil yang melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer dan menyebabkan darurat iklim.

Menurut Bank Dunia, Qatar adalah negara penghasil emisi gas rumah kaca per kapita terbesar, hampir tiga kali lebih banyak dari Amerika Serikat (AS) dan hampir enam kali lebih banyak dari China.

Salah satu negara di Timur Tengah ini menggunakan sekitar 60% listriknya untuk mendinginkan udara. Sementara di China dan India, penggunaan penyejuk udara menyumbang kurang dari 10% dari keseluruhan penggunaan listrik.

Konferensi Pendinginan dan Pemanasan Distrik Internasional memperkirakan total kapasitas pendinginan di Qatar, beserta emisi yang dihasilkannya, pada 2030 akan mencapai nyaris dua kali lipat dibanding 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya