SOLOPOS.COM - (JIBI/dok)

Harianjogja.com, JOGJA-Eksperimen Soil Based Microbial Fuel Cell (MFC) bukan merupakan isu baru tapi terus dikembangkan untuk menjadi sumber energi alternatif sekaligus mengatasi masalah lingkungan.

Pertamakali, percobaan ini dicetuskan profesor Botani asal Universitas Durham, Inggris. Kala itu, sekitar tahun 1911 ia meneliti mengenai bakteri E.coli untuk menghasilkan listrik. Dua dasawarsa kemudian, Barnet Cohen mampu mengembangkan rangkaian MFC untuk menghasilkan listrik 35 volt meski arusnya hanya 2miliampere. Sejak saat itu, MFC jadi topik populer praktikum sains di kelas.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Saat ini MFC menjadi isu yang kian diperhatikan karena dapat menjadi solusi alternatif mengolah limbah. Adapun metode MFC yang dikembangkan seperti robot yang bergerak secara otomatif dengan menghasilkan energi sendiri dari berbagai sumber daya alternatif.

Mei 2007 lalu, Universitas Queensland Australia bekerjasama dengan pabrik bir Foster’s Brewing menjajal prototipe pengolahan limbah hasil penyulingan bir berukuran 10 liter yang mengurai limbah menjadi karbon dioksida, air bersih dan listrik. Prototipe itu berhasil dan direncanakan untuk membangun versi besar pengolahan limbahnya yang diperkirakan dapat memproduksi 2kilowatt energi listrik.

Meski hanya menghasilkan daya 2000 watt, namun efek lain dengan terurainya limbah menjadi air bersih membuat teknologi ini semakin diperhitungkan dalam upaya mengelola limbah buang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya