SOLOPOS.COM - Direktur Utama PT PSM Sadikin Aksa (kiri) memeluk pemain PSM Makassar M. Arfan setelah dinyatakan juara BRI Liga I musim 2022/2023 seusai mengalahkan Madura United di Stadion Gelora Ratu Pamilingan, Pamekasan Madura, Jawa Timur. (ANTARA/HO/Dokumentasi manajemen PSM).

Solopos.com, MAKASSAR–Direktur Utama PSM Makassar Sadikin Aksa dinilai sebagai sosok penting atas kesuksesan skuad PSM yang berhasil meraih juara BRI Liga 1 musim 2022/2023 setelah 23 tahun menunggu gelar tersebut.

“Karena PSM ini kebanggaan, kecintaan, bahkan sudah menjadi harga diri bagi sebagian warga Sulsel. Karena itu, mari kita jaga bersama kebanggaan kita,” papar Sadikin di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip dari Antara, Selasa (11/4/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pada awal menangani tim PSM Makassar menggantikan Munafri Arifuddin sebagai CEO melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Persaudaraan Sepakbola Makassar (PSM) ia menemui beberapa kendala.

Amanah itu permintaan para pemegang saham, maka dia menyetujui mengemban amanah itu. Sebelumnya dia sebagai komisaris.

Pada awal musim banyak yang meragukan eksistensi PSM Makassar karena skuad PSM Makassar dianggap biasa-biasa saja. Materi pemain yang dimiliki tidak semewah pemain klub ternama seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, PSIS Semarang, dan juara bertahan Bali United.

Itu menjadi tantangan bagi Sadiki. Dia bertekad menjawab tantangan itu untuk mengukir prestasi terbaik. Pada akhirnya misi Sadikin berhasil, PSM menjuarai Liga 1 musim ini dengan materi pemain yang dianggap biasa.

“Alhamdulillah, musim yang penuh drama dari awal. Tetapi kami terus berjuang buat masyarakat Sulawesi yang selalu mendoakan dan mendukung kami untuk terus semangat. Kami berhasil membawa kembali piala itu setelah 23 tahun. We are the champion,” ucap Sadikin.

Gelar juara PSM terakhir diraih pada 2000 lalu.

Walaupun namanya baru muncul ke publik setelah mengantarkan skuad PSM juara liga, namun ia tetap rendah hati.

Di Indonesia, sebutan orang gila bola sudah awam disematkan pada sosok yang mengurusi klub sepak bola. Ada diksi kata ‘gila’ karena memang mengurusi klub sepak bola di Indonesia bukan hal yang mudah.

Pengorbanannya pun sangat besar. Bukan hanya tenaga dan pikiran, uang sudah pasti, plus berani rugi, karena urusan sepak bola di Indonesia dianggap sulit mencari keuntungan. Sebagai pengusaha dan aktif di dunia otomotif, anak Aksa Mahmud ini tetap berani menjalankan amanah itu.

Saat Liga 1 bergulir, PSM tidak memiliki stadion seusai Stadion Mattoangin dibongkar rencananya dibangun kembali Pemprov Susel, tetapi belakangan berkasus.

Ia pun lebih banyak diam dalam bekerja. Bahkan jarang diekspos dan tidak banyak berkomentar di media, bahkan dianggap irit komentar, walaupun ada sederetan direksi klub yang selalu ingin menjadi pahlawan.

Hingga akhirnya, Stadion Gelora BJ Habibie di Kota Parepare, ditunjuk menjadi markas PSM padahal letaknya 155 km dari Kota Makassar.

Kebiasaan unik Sadikin saat PSM bertanding di stadion tersebut sering berkeliling stadion untuk mengecek apa saja kekurangan, termasuk memantau aktivitas penukaran tiket dan hilir mudik suporter PSM.

Selain itu, sering masuk menyelinap ke area penonton dan suporter apa yang menjadi kekurangan saat pertandingan, hingga akhirnya mendapati kendala dan memutuskan memisahkan jalan masuk dan keluar suporter laki-laki dan perempuan agar lebih aman dan nyaman saat menonton pertandingan.

Akhirnya, tunai sudah tugas Sadikin musim tahun ini. Mimpi juara liga akhirnya menjadi nyata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya