SOLOPOS.COM - Raja Kraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X di dampingi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas (dua kanan di Dalem Wironegaran, Jogja, Jumat (8/5/2015). Pertemuan dengan puluhan perwakilan masyarakat Jogja tersebut Sultan HB X menjelaskan lebih terperinci tentang Sabda Raja dan Dawuh Raja beberapa waktu lalu. (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Sabda Raja Sultan Jogja salah satunya berisi tentang penggantian gelar. Sultan mengaku sudah berkonsultasi dengan alim ulama sebelumnya

Harianjogja.com, JOGJA- Raja Kraton Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meyakini dua sabda terakhirnya adalah perintah leluhur yang harus dia laksanakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya percaya dengan perintah leluhur,” kata Sultan dalam audiensi dengan jajaran pimpinan redaksi Harian Jogja di Kepatihan, Selasa (19/5/2015).

Sultan menegaskan hanya berkewajiban mengganti gelar dan menetapkan putrinya Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang bergelar Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram.

“Saya hanya sebatas nama Pembayun menjadi Mangkubumi. Selanjutnya akan menggantikan saya atau tidak, saya tidak tahu,” tegas Sultan.

Soal pergantian gelar, Sultan mengaku sudah berkunsultasi dengan sejumlah alim ulama dan beberama ormas Islam, semuanya tidak mempersoalkan.

Ia menyatakan, meski gelar berganti, Kraton Ngayogyakarta sampai saat ini tetap Islam. “Kalau bukan Islam enggak mungkin dimakamkan di Imogiri,” jelasnya.

Menurut Sultan, memang tidak mudah untuk memahami apa yang dilakukannya tanpa menggunakan rasa (hati), pada akhirnya menimbulkan prasangka.

Diketahui, banyak yang menentang Sabda Raja dan Dawuh Raja, termasuk adik-adik Sultan atau para putra HB IX. Mereka menilai Sultan sudah keluar dari adat dan paugeran Kraton.

Sultan menegaskan, paugeran adalah urusan internal Kraton, dan paugeran tertinggi dalam Kraton adalah raja atau Sultan, karena di Kraton tidak ada dewan semacam DPR dalam pemerintahan.

Ia mencontohkan, dalam paugeran Kraton semua yang masuk Kraton harus membuka baju, namun oleh HB IX peraturan itu dirubah, saat ini boleh mengenakan baju.

Raja yang memiliki nama asli Herjuno Darpito ini mengakui tak mudah melakukan perubahan di jaman seperti ini, karena menurutnya, bangsa ini terlalu lama dalam penjajahan bangsa asing. Oleh karena itu, Sultan mengatakan butuh keluar dari sangkar emas, dan bangsa ini harus mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya