SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA—Dampak pembatasan akses media sosial dan aplikasi perpesanan setelah terjadi kerusuhan 22 Mei 2019, sejumlah operator mengaku mengalami penurunan lalu lintas data dibandingkan dengan hari biasa. Namun, pemakaian data untuk Youtube malah meningkat.

Group Head Corcom Indosat Ooredoo Turina Farouk mengatakan berdasarkan kecenderungan aplikasi terpopuler seperti Whatsapp, Instagram, dan Facebook,  terjadi penurunan trafik sejak pukul 12.00 WIB. Hanya, Turina tidak menyebutkan jumlah penurunan.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Terjadi penurunan sejak pukul 12 siang, [namun] khusus Youtube terjadi kenaikan lalu lintas data di periode yang sama,” kata Turina, Kamis (23/5/2019).

Wakil Direktur Utama PT Hutchiso 3 Indonesia Danny Buldansyah mengungkapkan dalam membatasi akses media sosial, pihaknya mendapat daftar Uniform Resource Locator (URL) dari Kemenkominfo yang harus diblok, seperti URL video dan gambar.

Setelah menerima daftar, lanjutnya, operator seluler akan melakukan sinkronisasi dengan sebuah alat yang dimiliki oleh Kemenkonfo. URL adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet.

Danny mengakui terjadi penurunan lalu lintas data pada 22 Mei dibandingkan dengan hari biasa, namun penurunan tidak sampai 50%. Hal tersebut disebabkan oleh lalu lintas data di Youtube tetap berjalan karena tidak dibatasi. “Kalau Youtube dan streamingkan enggak ada masalah,” kata Danny.

Danny mengatakan hingga saat ini pihaknya belum dapat memberikan angka penurunan lalu lintas data karena dalam memantau media sosial.

“Kemarin kita masih sibuk kordinasi blok sana blok sini sehingga tidak memikirkan trafik dulu,” kata Danny.

Sementara itu,  Denny Abidin, GM External Corporate Communications PT Telekomunikasi Seluler, mengatakan pembatasan akses media sosial tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perseroan. Dia menuturkan trafik data secara keseluruhan masih berjalan normal.

“ Secara overall masih berjalan normal, belum ada perubahan trafik yang signifikan,” kata Denny.

PT Smartfren Telecom Tbk mengaku mengalami penurunan lalu lintas data dibandingkan dengan hari biasa. Sama seperti lainnya, penurunan tidak terlalu tajam karena terbantu oleh trafik data dari layanan video streaming dan aplikasi Youtube.

Deputy CEO PT Smartfren Telecom Tbk. Djoko Tata Ibrahim mengatakan Jakarta merupakan salah kota yang memberi kontribusi besar karena pelanggan Smartfren banyak yang menetap di Jakarta.  “Dampak penurunan lalu lintas tidak banyak, cuma 5-8%,” kata Djoko.

Djoko meyakini pembatasan terhadap akses media tidak akan berlangsung lama karena pemerintah juga memikirkan secara menyeluruh dampak dari pembatasan ini.

Dia berpendapat penurun trafik hanya terasa pada hari pertama saja. Di samping itu, menurutnya, pembatasan yang dilakukan di Indonesia tidak separah dengan yang terjadi di Turki karena masyarakat masih bisa berkomunikasi lewat aplikasi Whatsapp.

“Di Turki internet ditutup semua, kalau sekarang kan kita masih bagus hanya unduh dan unggah saja untuk memerangi hoax sedangkan teks masih bisa, komunikasi masih jalan, kita masih sangat moderat,” kata Djoko.

Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih juga mengakui trafik data di perseroan mengalami penurunan sekitar 10% dibandingkan dengan hari biasa. Dia menuturkan dari seluruh aplikasi yang paling sering digunakan oleh pelanggan XL Axiata, aplikasi Whatsapp mengalami penurunan yang tertajam hingga 50%.

 “Total Trafik harian turun sekitar lebih dari 10%, karena di dalam aplikasi sosial media banyak konten berupa gambar, video dan vtreaming video,” kata Ayu.

Direktur Eksekutif Masyarakat Telekomunikasi Arki Rifazka mengatakan maraknya persebaran konten negatif di media sosial yang berbuntut pada kericuhan di beberapa kawasan di Jakarta adalah akibat dari culture shock yang dialami masyarakat karena berhadapan dengan semakin mudahnya penggunaan internet.

Seperti diketahui, sejak Rabu (22/5) pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun akhirnya membatasi penggunaan beberapa fitur media sosial dan pesan instan secara bertahap dan sementara terkait dengan kerusuhan yang terjadi di Jakarta kemarin.

“Saat ini ada culture shock. Orang yang biasa minder di tatap muka, terkadang bisa sangat garang di medsos karena merasa tidak ada yang tahu semisal dia ngetik di dalam kamar sendirian,” ujar Arki.

Meski demikian, Arki berkeyakinan masyarakat yang mengalami gagap budaya tersebut lambat laut akan mengalami perubahan positif seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran bahwa pada prinsipnya media sosial tidak terlepas dari pengawasan penegak hukum.

Selain itu, Arki menilai di tengah situasi dan kondisi seperti saat ini, tidak diperlukan mekanisme khusus dalam membatasi persebaran konten negatif di media sosial dan pesan instan.

Menurut Arki, saat ini sudah ada aturan nilai etika dan norma adat serta aturan-aturan lain di dalam di undang-undang yang dirasa sudah cukup untuk menjadi batasan bagi pengguna internet agar tidak menyebarluaskan konten negatif di media sosial.



“Tidak perlu dibuat mekanisme tertentu untuk membatasi konten negatif di medsos atau pesan instan, karena aturan nilai etika dan norma adat kan sudah ada, dan yang tertera di UU juga sudah ada,” imbuh Arki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya