SOLOPOS.COM - Ilustrasi (telegraph.co.uk)

Solopos.com, JAKARTA — Perusahaan waralaba multinasional milik Amerika Serikat (AS) McDonald’s menangguhkan kegiatan usahanya di Rusia seperti Apple, Levi’s dan lainnya.

Coca-cola dan Starbuck diperkirakan akan mengambil langkah yang sama, meski beberapa di antaranya memilih tetap tinggal di negara itu dengan risiko reputasi mereka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah invasi Rusia bulan lalu ke Ukraina, tekanan terus meningkat dan seruan muncul di media sosial dengan tagar seperti #BoycottMcDonalds dan #BoycottPepsi.

“McDonald’s telah memutuskan untuk menutup sementara semua restoran kami di Rusia dan menghentikan sementara semua operasi di pasar,” menurut raksasa makanan cepat saji itu seperti dikutip Bisnis dari Aljazeera.com, Rabu (9/3/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Tuchel Kecam Fans Chelsea yang Ejek Abramovich Terkait Invasi Rusia

Sambil menyesalkan dampaknya terhadap 62.000 orang yang bekerja di 850 restoran di Rusia, perusahaan tersebut menyatakan, “Kami tidak dapat mengabaikan penderitaan manusia yang tidak perlu yang terjadi di Ukraina.”

Kepala Dana Pensiun negara bagian New York, Thomas DiNapoli telah mengirim surat kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara itu dengan mengatakan bahwa mereka “perlu mempertimbangkan apakah berbisnis di Rusia sepadan dengan risikonya selama masa yang luar biasa bergejolak ini”.

Pesan itu dikirim ke McDonald’s dan Pepsi, produsen makanan ringan Mondelez, grup kosmetik Estee Lauder, and Coty serta perusahaan pialang Bunge.

Baca Juga: PBB: Invasi Rusia Tewaskan 227 Warga Sipil Ukraina

Coca-Cola Co dan PepsiCo Inc mengatakan pada Selasa (8/3) bahwa mereka menangguhkan penjualan soda mereka di Rusia, menjadi merek konsumen Barat yang menarik perhatian terbaru untuk membatasi operasi di wilayah tersebut setelah invasi Moskow ke Ukraina.

Coca-Cola mengatakan bisnisnya di Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 1,0 persen hingga 2,0 persen dari pendapatan operasional bersih perusahaan pada 2021.

PepsiCo, yang colanya adalah salah satu dari sedikit produk Barat yang diizinkan di Uni Soviet sebelum runtuh, mengatakan akan terus menjual kebutuhan sehari-hari, seperti susu dan produk susu lainnya, susu formula dan makanan bayi, di Rusia.

Baca Juga: Invasi Rusia, Satu Juta Orang Tinggalkan Ukraina

Pengamat Universitas Yale

Sebuah tim dari Universitas Yale yang mencatat daftar perusahaan dengan kehadiran signifikan di Rusia menyatakan, sekitar 250 perusahaan telah mengumumkan penarikan mereka dari negara tersebut sejak invasi Rusia atas Ukraina.

Hal itu mengingatkan pada “boikot perusahaan berskala besar terhadap Apartheid Afrika Selatan pada 1980-an.” Akan tetapi banyak perusahaan AS yang terus beroperasi di Rusia dan tetap diam.

Namun Bunge, Mondelez, Kimberly-Clark dan Coty tidak menanggapi permintaan wartawan untuk berkomenter. Starbucks menyatakan 130 kedai kopinya di Rusia dimiliki oleh konglomerat Kuwait.

Baca Juga: Menginvasi Ukraina, Seberapa Besar Kekuatan Senjata Nuklir Rusia?

Sedangkan, Yum Brands menyatakan sekitar 1.000 KFC dan 50 restoran Pizza Hut-nya hampir semuanya dioperasikan oleh pemilik independen. Dalam beberapa kasus tekanan itu berhasil.

Pada Senin (7/3/2022) malam, Yum Brands mengumumkan “menangguhkan semua investasi dan pengembangan restoran di Rusia” dan Estee Lauder “memutuskan untuk menangguhkan semua aktivitas komersial di Rusia”.

Beberapa pebisnis mungkin memiliki alasan yang sah untuk bertahan, kata beberapa pakar etika dan strategi komunikasi.

Perusahaan itu mungkin ragu untuk pergi karena mereka berpikir dapat menengahi atau karena mereka membuat produk penting, seperti bahan farmasi, kata Tim Fort, profesor etika bisnis di Indiana University.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya