SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JOGJA&mdash;</strong>Pelepah pisang selama ini tidak mendapat perhatian masyarakat. Bagian yang dimanfaatkan dari pohon pisang hanya sebatas pisang dan daunnya.</p><p>Pelepahnya pun terkadang hanya digunakan sebagai tali untuk mengikat rumput yang akan diberikan ke hewan ternak.</p><p>Namun di tangan beberapa mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pelepah pisang menjadi barang berharga karena dapat digunakan sebagai bahan pembuat sajadah. Mereka yang terdiri dari Erni Nur Bayinah dan Selvia Zuni Murningsih dari Program Studi Manajemen Pendidikan, Novia Haryani dari Prodi Psikologi, Nursyifa Sundari dari Prodi Biologi, serta Vina Mathlaul Ilma dari Prodi Pendidikan Ekonomi membuat sajadah pelepah pisang dan dinamai Sapasang atau Sajadah Pelepah Pisang.</p><p>Mereka memanfaatkan pelepah pisang karena memiliki banyak serat, bertekstur, dan kuat. Mereka ingin membuat pelepah pisang yang tadinya hanya terbuang sia-sia menjadi bernilai jual.</p><p>Ketua tim Erni Nur Bayinah mengatakan produk ini ramah lingkungan karena diambil dari limbah yang tidak digunakan sekaligus meningkatkan nilai jual pelepah pisang. &ldquo;Teksturnya yang unik dan warna alamiah menjadikannya menarik untuk dijual," kata Erni kepada <em>Solopos.com</em>, Senin (30/7/2018).</p><p>Selvia Zuni Murningsih menambahkan Sapasang tidak hanya sebagai alat ibadah namun juga sebagai cinderamata, mengingat tingginya minat masyarakat akan produk kerajinan yang unik. &ldquo;Produksi Sapasang juga dapat menyerap tenaga kerja dari lokasi sekitar tempat pembuatannya&rdquo; kata Selvia.</p><p>Proses pembuatan Sapasang dimulai dari penyiapan bahan baku yaitu pelepah pisang yang diperoleh dari perkebungan pisang yang ada di wilayah Jogja. <br />Bahan lain yang dibutuhkan adalah kain perca, kancing, benang, cat akrilik, dan politur. Sementara alat-alatnya antara lain pisau, gunting, jarum jahit, benang jahit, mesin jahit, dan kuas.</p><p>Sebelum diproses, pelepah pisang harus dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar airnya 20%. Pengeringan dilakukan selama kurang lebih tujuh hari dan dipotong-potong beberapa bagian.</p><p>"Pelepah kemudian dianyam menjadi sajadah dengan dilapisi kain perca agar memberikan rasa empuk atau tidak terlalu keras saat digunakan shalat," kata Nursyifa.</p><p>Setelah dianyam, ditambahkan gambar yang sudah dipola dan dilukiskan pada muka sajadah. Kemudian sajadah masuk tahap finishing dan dikemas untuk dipasarkan. Pemasaran dilakukan melalui pameran-pameran atau langsung mendatangi masjid-masjid lokal.</p><p><br /><br /></p><p>&nbsp;</p>

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya